pintu yang sempit
Siang hari yang terik, di sebuah dapur aku tersadar akan sesuatu. Sebuah inspirasi kecil untuk kita bersama mengerti. Terkadang kita tidak menyadari betapa banyak kesalahan kecil yang tertimbun dalam rutinitas, dan betapa kita acap kali kerdil hingga menganggap kesalahan itu adalah refleksi dari keadaan yang ada.
Siang itu saudara sepupuku datang dari luar kota, badannya jauh lebih gemuk dibanding terakhir aku bertemu.
Tiba-tiba dia menghampiriku, dengan senyuman disela pipi besarnya. Dia berkata dengan penuh kepolosan “kenapa pintu kamar manjadi semakin kecil ya ?”
suatu cerita singkat yang membuatku tersadar, sering kita melakukannya. Kita menganggap keadaan (yang) berubah, terkadang memihak terkadang menjerumuskan. Jarang kita berpikir lebih panjang untuk meninjau ada apa dibalik sesuatu yang terjadi. Saudaraku itu tidak menyadari bahwa tubuhnya yang makin melebar yang membuat pintu terkesan lebih sempit.
Jika kita diperhadapkan pada situasi yang tidak mendukung, seringnya kita menganggap kita sedang tidak beruntung. Padahal situasi itu datang tidak jarang adalah karena perbuatan kita di masa lalu. Kita menimbun dengan perlahan setiap kesalahan kecil, kita melakukannya dan nyaris tidak pernah menyadari terlebih menginstropeksinya. Kita terlalu mengalir menjalani sebuah rutinitas.
Hukum tabur tuai tetap berlaku, dimana setiap benih perbuatan baik itu kita tabur di ladang kehidupan kita, maka kita pun juga yang akan menuai segala kebaikan.
Sampai kapan kita mau berdiri kokoh dengen keegoisan untuk selalu membenarkan diri sendiri? Sampai kapan kita mau terlena pada setiap perilaku mempersalahkan?
Sekarang tiba waktunya kita mencoba, di saat situasi kurang begitu memihak, kita perlu berpikir kembali kenapa situasi ini terjadi dan bagaimana ini harus diatasi? Carilah solusi dan bukan hanya mengajukan pertanyaan. Perhatikan setiap tindakan kita dan bukan hanya mengalir dalam rutinitas semata.
0 komentar
wanna say something? ^^