dear Hipwee
Sudah setengah tahun aku menunda menuliskan surat terbuka ini. Temanku sudah mendorong untuk melakukannya pasca sebuah 'kejutan'. Katanya, supaya tidak banyak orang yang bernasib sepertiku.
Aku abaikan pesan itu. Toh mungkin ini hal sepele. Surat elektronik yang aku kirimpun rasanya tak digubris, sehingga aku makin minder untuk meluangkan waktu menulis buatmu.
Kebetulanpun terjadi. Aku ingat persis, saat itu jam 11 malam dan ragaku sudah tenggelam dalam lelap, seseorang yang aku anggap sebagai 'mentor' dalam dunia menulis mengirimkan sebuah pesan.
Pertanyaan sangat tepat sasaran "apa yang pernah dilakukan Hipwee terhadapmu?"
Siapa sangka pertanyaan ini menelisik memori dan menyemangatiku untuk menulis lagi untukmu. Iya, aku gunakan kata 'lagi' untuk menunjukkan sebuah pengulangan. Pada dasarnya aku sudah pernah menulis untukmu dan berbuah kekecewaan.
18 Mei 2015, tulisanku terbit di lamanmu. Sungguh kebanggaan saat itu. Dimuat di media online sebesar hipwee, bagi seorang amatir sepertiku, adalah kepuasan tersendiri. Pihak redaksi mengirimkan surat elektronik untuk mengabari bahwa tulisan sudah dishare sebanyak 16.000-sekian kali. WOW! Jauh melebihi ekspektasi.
Tidak baik terbuai dalam kepuasan melulu. Mulailah diri ini mencari alasan kebanggaan yang lain dalam dunia menulis. Hingga karena iseng semata, bulan November di tahun yang sama, aku mencari artikel lamaku. Persinggahanku ke lamanmu berbuah sia-sia. Tak habis akal, aku cari kotak masuk surel darimu. Lagi-lagi, nihil. Aku terheran.
Setelah ulet memainkan kata kunci, VOILA! Artikel tulisanku ketemu.
Hanya satu yang membuat penemuan itu berujung pada diam seribu kata: tidak ada namaku disana. Ada nama lain yang menjadi profil penulis artikel yang hampir 100% adalah tulisanku (aku tidak menghitung seberapa banyak perubahan yang ia lakukan). Geram berbalut kecewa mendapati itu. Dengan hati panas, aku berusaha mendinginkan kepala menentukan langkah selanjutnya. Surelpun aku layangkan. Tiada detail memang, karena hanya ingin menguji bagaimana responmu. Mungkin terlalu abstrak, atau mungkin kau tak punya waktu untuk meresponi kekecewaan kontributor amatir ini.
Hingga langkah selanjutnya adalah meminta teman yang pakar dalam dunia IT untuk menyelidiki. Fakta yang ia temukan semakin memantabkan patah hatiku.
Lewat archive.org ditemukan bahwa tautan artikel itu berasal dari kontribusi tulisanku. Entah bagaimana bisa berubah nama. Sentuhan keanehan semakin tajam saat aku menyadari bahwa segala korespondensiku dengan redaksimu, raib. Aku tak punya bukti, kecuali sebuah screenshot yang aku bagi di instagram. Seakan menghilangkan jejak. Tidak bisa dipastikan memang itu merupakan faktor kesengajaan atau kesalahan teknis.
Aku tidak akan menghakimimu, Hipwee. Entah karena keteledoran ini ataupun keenggananmu meresponi keluhanku. Tidak apa. Toh sudah berlalu lama.
Hanya lewat surat-terbuka-yang-belum-tentu-viral-ini aku keluarkan segala keluh kesah.
Seseorang menyuruhku untuk mengirimkan tulisan lagi di hipwee dan jawabanku hanya satu: aku jera. Kata orang, kalau mau jadi penulis harus pernah mengalami kejadian getir semacam plagiasi ini. Kalau memang mitos itu benar, maka aku tak perlu marah padamu. Justru terimakasih akan aku haturkan.
Bagaimanapun, banyak anak Indonesia mencintai karyamu, Hipwee. Integritas dan kepedulian menjadi barang mutlak. Integritas untuk langkah preventif penyimpangan dan kepedulian sebagai aksi tanggung jawab. Aku harap keduanya tetap kau miliki. Terimakasih jika mau meluangkan waktu membaca ocehan keluhan ini.
1 komentar
Halooooo, menarik isunya.
BalasHapusbtw saya mau nanya dong itu artikelnya yang ini bukan?
http://www.hipwee.com/hiburan/7-alasan-kenapa-cewek-yang-berprofesi-sebagai-guru-sangat-layak-untuk-dipersunting-menjadi-istri/
soalnya pas saya buka artikelnya, authornya Claudya Tio Elleossa kok, dengan foto yang sama. Bukan Ernia Karina seperti yang diatas.
Kemudian saya juga melihat halaman author Ernia Karina dan tidak ada artikel yang mirip dengan judul artikel mbaknya. Jadi argumen mbaknya invalid kalo sekarang dibaca sama khalayak umum. takutnya praduga tak bersalah.
Terus juga screenshotnya juga dari hape aja kan itu? uda coba buka dari desktop teu dulu itu? bisa aja aplikasinya yang error lo mbak, soalnya juga saya pernah buka aplikasi hipwee error gitu. mungkin ada kesalahan teknis yg mereka malu untuk mengakuinya.
yang penting sekarang artikelnya mbak sudah punya mbak lagi. coba deh dicek lewat desktop jangan hape. tetep semangat ya mbak hehe.nuhun
wanna say something? ^^