Welcome to our website !

Tentang Sesuatu

Segalau apapun, pasti tetap tentang sesuatu, entah Tempat atau Teman, entah Pendapat atau Pengalaman.

Jika aku Terdakwa: Masihkah Tuhan Adil dan Kasih bagiku?

By Senin, Juni 06, 2016 , , , ,

Suatu hari sekumpulan orang melakukan pertemuan akbar membahas nasib lanjutan seorang terdakwa kasus.

Ada dilema di benak jemaat sidang kala itu: melepaskan dengan pengampunan dan sekedar melakukan pembinaan atau tetap memenjarakan yang pastinya merusak masa depan sang terdakwa.

Lalu saya diminta bersuara. Dengan lantang saya berkata: "Tuhan itu adil dan kasih. Selalu ada pengampunan, namun bukan justru meniadakan konsekuensi."




Dengan logat mantab dan penuh pemahaman, saya memenangkan hati hampir seisi ruangan sidang. Mereka mengangguk sepakat. Hukuman tetap harus dilakukan.


Beberapa detik setelah palu diketuk, cermin besar menyambut untuk mengajak merenung: "adiss, andaikata suatu hari kamu ada di posisi terdakwa itu, apakah kamu akan berani bilang yang sama?"

Saya berpikir keras di tengah hiruk pikuk sidang yang berlanjut pada kasus kedua. Andaikata suatu hari saya melakukan kesalahan, apakah saya dapat besar hati dan berani berkata: "oke Tuhan adil dan kasih. Saya sudah melakukan kesalahan, saya layak dihukum. Tolong maafkan saya tapi tetap berikan hukuman bagi saya."

Saya sangsi. Mungkin saya akan berkelit. Mungkin pula saya akan memelas sedemikian untuk memohon pengampunan. Mungkin saya akan menyembunyikan kalimat itu. Atau mungkin hanya menekankan pada 'kasih' dan mengabaikan sisi 'adil'.



Source: www.mcgilldaily.com
Faktanya, kita terlampu sering menjadi hakim yang hebat untuk orang lain dan pengacara mahir untuk diri sendiri.

Apa yang kita tahu dan apa yang kita ingin terapkan untuk orang lain, seringnya sulit jika berhadapan dengan diri sendiri. Maka tak heran jika ribuan kutipan dari filsuf hebat segala jaman menekankan bahwa musuh sejati seorang manusia adalah dirinya sendiri.

Konsep kebenaran selalu membutuhkan kedewasaan yang utuh. Untuk menerapkan yang sepadan baik bagi orang lain dan diri sendiri.

Jika di sidang itu saya (dan Anda) berani berkata: "Tuhan itu kasih dan adil, kita sepatutnya meneladani. Kita memaafkan sang terdakwa hari ini, namun dia tetap harus dipenjara" maka di sidang lain saat kita yang menjadi terdakwa, kita sudah semestinya besar jiwa berkata: "ampuni aku, tapi tetap jatuhkan hukuman itu bagiku!"


Beranikah kita?


You Might Also Like

0 komentar

wanna say something? ^^