eropa (meng)hijau euy!
Claudya Tio Elleossa
070912077
Kebijakan Lingkungan Hidup Eropa
Konsen Uni Eropa terhadap isu lingkungan hidup pada dasarnya tidak dimulai ketika Uni Eropa tebentuk namun sejak tahun 1972 setelah mengikuti konverensi lingkungan hidup PBB di Stockholm, ditandai dengan KTT Eropa yang menyusun kebijakan lingkungan di tahun yang sama. Tahun-tahun awal Uni Eropa berfokus pada regulasi sumber polusi, tepatnya tahun 1980 yang dikarenakan permasalahan pencemaran di lingkungan akibat polusi industri sekitar sungai yang mengalir di beberapa negara, misalnya sungai Danube dan Rhine.[1] Menurut penulis, hal ini seakan menjadi stimulus munculnya kebijakan-kebijakan berorientasi lingkungan di lingkup Eropa. Uni Eropa akhirnya terus mengembangkan berbagai legislasi, program aksi dan direktif dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup termasuk berbagai isu terkait yang keprihatinan masyarakat UE seperti perubahan iklim, penipisan lapisan ozon, consumer's choice, dan animal welfare. Dalam penanganan masalah-masalah lingkungan hidup global, UE menunjukkan keinginan untuk ikut memecahkan isu-isu pelik termasuk masalah perubahan iklim.[2] Di tahun 1987, Uni Eropa membuat single European act yang berisi kebijakan formal yang mewajibkan masing-masing negara anggota Uni Eropa untuk berupaya menjaga lingkungan. Tahun 1992, tercetus Maastricht Treaty yang memperjelas bahwa Enviromental Policy Uni Eropa harus bertujuan pada perlindungan lingkungan dan Masyarakat dan bahwa persyaratan perlindungan lingkungan harus diintegrasikan ke dalam definisi dan pelaksanaan kebijakan Uni Eropa lainnya dan dua tahun setelah itu, dibentuklah European Enviromental Agency (EEA), sebagai bukti keseriusan Uni Eropa dalam isu lingkungan.
Dalam rangka menyesuaikan perubahan yang terjadi perihal lingkungan hidup, Uni Eropa juga melakukan pergeseran fokus dalam kebijakannya dimana sejak tahun 2000 tidak lagi mengedepankan mengenai regulasi polusi namun lebih berfokus pada perubahan iklim. Uni Eropa memperkenalkan prinsip ‘Clean, Clever, and Competitive’ Europe sebagai dasar kegiatan dan segala kebijakan yang berorientasi pada lingkungan. dan program keenam diumumkan pada tahun 2002.[3] Hal yang cukup ditekankan oleh jajaran pemerhati lingkungan di Uni Eropa adalah konsep precautionary principle, dengan beberapa pokok pikiran, bahwa pencegahan lebih baik daripada mengobati, juga membuat peraturan bahwa pihak pencemar harus membayar, dan poin perihal aksi lingkungan yang harus diambil pada tingkat yang paling tepat.[4] Prinsip pencegahan ini baru dapat diimplementasikan menjadi sebuah kebijakan lingkungan ketika suatu kondisi lingkungan yang dipersoalkan telah memenuhi tiga syarat yakni: (1) Ketika berpotensi menimbulkan efek yang merugikan; (2) Apabila telah ada evaluasi data ilmiah terkait lingkungan yang dipermasalahkan; (3) Apabila terjadi tingkat ketidakpastian ilmiah mengenai lingkungan tersebut. Selain mempertimbangkan prinsip ini, proses pembuatan kebijakan lingkungan di masing-masing negara anggota Uni Eropa juga mempertimbangkan pertimbangan dari EEA. Walaupun sudah banyak project lingkungan yang tercetuskan namun banyak pihak percaya bahwa Integrasi lingkungan ke dalam kebijakan Uni Eropa sebenarnya tidak benar-benar ditangani sampai diperkenalkannya "proses Cardiff" pada tahun 1998.
Rincian program bertemakan lingkungan hidup Eropa, yaitu; Program Pertama dan kedua 1973 menekankan pada adanya bentuk pencegahan dan denda bagi para pencermar; Program ketiga dan keempat yang dimulai dari 1983 berusaha untuk memberikan strategi keseluruhan untuk melindungi sumber daya lingkungan dan alam; Program kelima berisi ide pembangunan berkelanjutan dan menekankan kebutuhan untuk mendorong kembali optimalisasi dan daur ulang bahan baku; program keenam diadopsi pada tahun 2002 mengambil pendekatan baru, menetapkan tujuan, tindakan dan tujuan kunci horisontal dalam perubahan iklim, keanekaragaman hayati, kesehatan dan kualitas hidup dan berkelanjutan sumber daya (poin prioritas). Keenam program ini kemudian disebut sebagai Thematic Strategies yang kemudian berlanjut hingga 2005.[5]
Uni Eropa kembali dianggap sebagai satu kisah sukses di tatanan internasional,[6] termasuk perihal kebijakan lingkungan hidup. Namun permasalahan yang dialami kini lebih besar mengingat adanya enlargement Uni Eropa serta semakin masifnya perindustrian menjadi ancaman serius bagi isu lingkungan hidup. Karena itulah, konsep sustainable development terus digalakkan sebab pada dasarnya rencana ini bukan hanya perihal lingkungan hidup namun merupakan satu paket kebijakan yang memaksimalkan harmonisasi sisi sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup.[7] EEA disini berperan cukup sentral, sebab meregulasi pelaksanaan sustainable development ini, termasuk dengan proses pembuatan keputusan. Selain itu, tinjauan kritis lain menghadapkan konsep sustainable development pada kelemahan akan dalam prosesnya kurang memperhitungkan dampak yang belum dapat diprediksi dan kemungkinan dapat membahayakan selain itu datang pula kritik yang menyatakan bahwa sustainable development adalah gagasan yang samar-samar.[8]
Walaupun dikenal dengan kesatuan atau Integrasi Kawasan, pada prosesnya ada beberapa negara yang memiliki respon berbeda akan ketertarikan dengan Isu lingkungan hidup. Di Inggris misalnya, yang dilihat sebagai negara yang memiliki komitmen yang lemah dan tidak adanya mekanisme yang mencukupi tentang kebijakan lingkungan dalam negerinya.[9] Bahkan sisi faktualnya menunjukkan bahwa Inggris salah satu negara yang paling boros terlebih dalam kaitan konsumsi pangan yang jelas berpengaruh terhadap isu lingkungan hidup, bagaimana tidak jika disana ternyata 30% makanan yang senilai dengan US$ 38 Milyar setiap tahun dibuang sia-sia.[10] Disisi lain, ada dua negara yang cukup sukses menunjukkan eksistensinya sebagai negara yang peduli lingkungan, yaitu Jerman dan Perancis. Jerman dianggap pelopor adanya sentiment lingkungan hidup di Eropa sehingga tidak mengherankan jika sepertiga anggota kementrian lingkungan di EU dari total 34 anggota adalah perwakilan dari Jerman.[11] Selain itu, ada juga Perancis yang dianggap menjadi negara paling sukses dalam implementasi kepedulian terhadap lingkungan hidup. Menjadi pemimpin EU’s action plan untuk mengurangi emisi gas dengan pengurangan GHG (Green House Gass) yang targetnya di capai pada tahun 2050. Selain itu, bersama negara lain membentuk badan khusus bernama AFD yang memberikan bantuan dana bagi negara non EU untuk mengatasi perubahan iklim.[12]
Kesimpulan dan Opini
Ciri khas kebijakan lingkungan hidup di Eropa yang patut dicontoh adalah prinsip precautionary atau bentuk pencegahan, ide yang mungkin terlupakan oleh banyak negara besar lainnya yang penulis rasa lebih cenderung menekankan pada upaya solutif bukan preventif. Komitmen keseriusan Uni Eropa tercermin dengan lahirnya EEA, yang sangat berpengaruh pada pengambilan keputusan bertemakan lingkungan hidup di Eropa. Selain itu, konsep sustainable development juga benar-benar ditekankan oleh Uni Eropa, namun sayangnya konsep pembangunan berkelanjutan ini kurang menunjukkan kejelasan, atau tergolong samar-samar. Negara yang masih kurang serius dalam isu lingkungan hidup adalah Inggris, namun menurut penulis sendiri hal itu tidak berarti Inggris samasekali tidak memiliki perhatian di isu tersebut, namun mungkin dikarenakan tidak ada dampak signifikan yang sejalan dengan kepentingan dalam negeri yang bisa diperoleh dari kebijakan lingkungan hidup tersebut. Komitmen penuh lebih terlihat di Perancis dibandingkan Jerman, sebab menurut penulis Perancis menerapkan banyak mekanisme nyata dalam tataran empirisnya, semisal mengenai transportasi, pertanian dan bangunan industri yang sangat bersahabt dengan lingkungan.
[2] Anonym. n.d. Sikap Uni Eropa dalam Menanggapi Isu Global. [online] www.indonesianmission-eu.org/website/page30961153720030825753735.asp diakses 3 Januari 2012
[3] Materi perkuliahan MBP Eropa [ppt]. 2011. Environmental Policy an Success Story: France, slide 2
[7] Materi perkuliahan MBP Eropa [ppt]. 2011. No-title, slide 17
[8] Ibid, slide 21
[10] Anup Shah. 2010. Cause of Hunger are Related to Poverty. [online] www.globalissues.org/article/7/causes-of-hunger-are-related-to-poverty
[12] Materi perkuliahan MBP Eropa [ppt]. 2011. Environmental Policy an Success Story: France, slide 8
another International relation, business, and many more journals and articles, you can visit: http://buahpikir-claudya-fisip09.web.unair.ac.id/
another International relation, business, and many more journals and articles, you can visit: http://buahpikir-claudya-fisip09.web.unair.ac.id/
0 komentar
wanna say something? ^^