kenapa (g)adis tidak suka bersolek?
Make-up alias dandan sepertinya adalah bagian tidak
terpisahkan dari kehidupan seorang perempuan, masalahnya adalah, saya samasekali
tidak meminati hal itu. Oke, saya punya bedak, mascara, body lotion, pemakai
setia conditioner, tapi dandan disini adalah sikap yang benar-benar
mempedulikan penampilan, yang biasanya ditambah dengan kebiasaan ‘modis’ :) Saya
merasa saya samasekali tidak modis, dan tentang dandan? Jangan tanya. Kecuali conditioner,
semua produk bisa bertahan lebih dari satu tahun. Jangan heran, jika saya hampir tidak pernah menggunakan jaket ditengah terik surabaya, saya lebih menderita hidup tanpa minyak kayu putih dibandingkan tanpa parfum, saya selalu rajin memotong rambut sebulan sekali, dan kenaikan berat badan adalah hal terakhir yang saya pikirkan saat ingin melahap makanan enak :) itu saya ^^ tumpukan sikap-sikap cuek yang mengalir, melupakan paradigma dunia yang terus berteriak 'cantik itu putih, wangi, berambut panjang, dan kurus'
Ada banyak yang
mempertanyakan kebiasaan cuek saya tentang ini.
So, semoga ini jadi jawaban..
pertama, saya tipe yang sangat menghargai ketepatan waktu, sebisa
mungkin saya akan mengusahakan itu. Masalahnya adalah saya bertemu dengan
satu-dua orang yang hampir selalu terlambat dan terburu-buru ke suatu acara
karena begitu banyaknya goresan make-up diwajah, dari eye liner, eyes shadow,
blush on, dan sebagainya. Ini satu alasan utama, kenapa saya sejauh ini tidak
berminat alias enggan untuk menjadi tipe yang gandrung dandan.
kedua, ini tentang pengeluaran. Saya bukan mahasiswi dengan
jatah bulanan yang melimpah, dan jika harus memilih jelas saya lebih suka
membeli makanan enak daripada berbagai perlengkapan make-up :) saya pernah mengenal satu-dua orang yang demi membeli make-up etude dan pakaian zara, harus menyiksa diri makan mie instan dan susu sereal setiap hari -_- penderitaan berkepanjangan untuk penampilan
ketiga, saya belum menemukan alasan untuk siapa saya perlu
menjadi cantik. entah dari mana, saya punya pemikiran semacam ini: jika saya
mengusahakan cantik sedemikian ketika saya berstatus ‘sendiri’ saya agak
khawatir nantinya seorang pemuda jatuh hati karena wajah saya, bukan PD sih,
tapi itu nature lelaki yang lemah di mata, bukan begitu? lagipula saya hanya
berharap pemuda yang jatuh cinta pada saya adalah orang yang sama yang akan
menghabiskan puluhan tahunnya bersama saya, which mean, dia akan melihat rambut
singa saya saat bangun tidur dan wajah kusam pagi hari. Jaminan bahwa dia akan
tetap menerima saya bagaimana buruknya penampilan saya nantinya ketika keriput dan beruban, dimulai dengan
titik awal alasan jatuh cinta itu, tentang karakter dan bukan penampilan saya.
Saya akan mulai belajar lebih ‘mawas’ terhadap penampilan
saat saya benar-benar tau saya sudah cukup mahir dalam memanage waktu (alasan
poin 1) dan ketika ada cukup budget untuk itu (alasan poin 2), tapi terutama
adalah ketika saya sudah memiliki seseorang secara khusus yang membuat saya
selalu ingin tampil lebih baik untuk dia, untuk keluarganya, untuk
teman-temannya :) ya, tidak jauh berbeda dengan seorang istri yang berusaha
terus menghidangkan masakan nikmat, agar suami mendapat pujian ‘kamu beruntung
punya istri semacam dia’ :’)
saya rasa, besar kemungkinan tidak hanya saya yang berpikir seperti ini :) pasti ada gadis lain yang juga berpikir hal yang sama ^^
0 komentar
wanna say something? ^^