one year Gloria - part 2
setelah terinterupsi banyak sekali koreksian, akhirnya bisa mengetik sesuatu malam ini.
kali ini saya hanya ingin berbagi sejauh apa anak-anak SMP ini membuat saya bukan hanya menjadi tenaga pengajar tapi juga kembali belajar :)
minggu lalu adalah jadwal ulangan harian PKN untuk kelas 7, di salah satu kelas (7C) ada satu anak yang cukup berisik. Awalnya hanya dengan teguran kecil, lalu berulang dan mengganggu teman-teman lainnya dan memaksa saya untuk menggertak bahwa saya akan mengeluarkan dia jika masih saya berisik. sayangnya dia tetap berisik. saya menghampiri mejanya dan berkata "kamu mau keluar?" dan seketika dia keluar. padahal maksud saya kali itu, sekali lagi menggertak. setelah kelas usai, para siswa moving. saya panggil anak tsb. anak cowok yang sudah jadi bulan-bulanan para guru lain ini masuk ke kelas dengan mata merah. DIA MENANGIS!! saya kaget, iba, dan masih juga terlintas marah. saya ajak dia bicara. lalu terungkaplah bahwa anak ini tidak terima dengan keputusan saya untuk mengeluarkan dia sendirian, padahal dia kelas itu ada beberapa anak selain dia yang juga menyumbangkan keributan di tengah-tengah keseriusan mengerjakan ulangan. masing-masing kami merasa benar, dan di saat yang bersamaan kami sama-sama bersalah. karena dia belum selesai mengerjakan ulangannya, saya berikan kesempatan dia untuk mengerjakan bagian yang belum dikerjakan esok harinya sepulang sekolah.
singkat kata, saya menunggu di ruangan lalu dia datang. hati saya masih terlintas sedikit kemarahan sehingga ketika dia masuk mengetuk pintu saya tidka melemparkan senyum samasekali. tapi ternyata jauh berbeda dengan dia. dia masuk dengan ceria dan kepolosan bertanya "miss, jadi kan hari ini" lalu menanyakan "soalnya tetap atau ganti miss?" juga bertanya "lho miss aku dikasih waktu berapa lama" dan rentetan pertanyaan dengan nada antusias khas remaja. saya sempat terdiam lalu menyadari hal yang saya -sebagai gadis 21 tahun- tidak mampu lagi lakukan. dia sepertinya lupa begitu saja air mata kemarahannya ke saya 1 hari sebelumnya, dia datang ke saya hari itu tanpa mengingat lagi bagian yang tidak menyenangkan. ya itulah yang semakin sulit orang dewasa lakukan, menganggap lalu perasaan negatif. memaafkan dengan tuntas, tanpa terus mengungkit kembali kemarahan dan kekecewaan. berapa banyak dari kita yang bisa melakukan hal itu?
misalnya ketika saya ada masalah dengan ibu kos, dengan mudah saya beberkan kesalahan ibu tsb. saya mengingat, mengungkit, dan memaafkan tanpa ketuntasan. sepertinya bukan hanya saya yang melakukannya, bukan hanya saya yang kehilangan kemampuan "melupakan." agaknya usia bertambah membuat memori otak terus bertambah, sehingga semakin banyak ruang untuk mengingat dan menyimpan banyak hal, yang sayangnya bukan hanya hal positif tapi juga emosi negatif.
terimakasih Georgiano yang mengingatkan saya hal ini :)
6 komentar
Bu Guru Adis, besok saya ikut masuk kelasnya ya.. :-)
BalasHapussaya guru yg kejam lho bang. yakin mau masuk kelas saya? hahahaha :p
HapusBuat orang Batak ga ada guru yg lebih kejam dari pada ortu :D
HapusKevin halim ya? :b
BalasHapusitu lho lex, miss sudah jelas cantumin nama anaknya. hehe
HapusGeorgiano? .-.
BalasHapuswanna say something? ^^