Masa PMS
"Sayang idungku mancung ya"
Ah kata sapa. Gak mancung lah itu.
"Hmmm aku lagi PMS lho"
Ohiya sayang, mancung banget idungmu. Aku mah pesek, kalah jauh.
Tawapun pecah di sela-sela kegiatan facetime kami saat pagi dan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul rapi. Dengan alasan Premenstrual Syndrom (PMS), saya berhasil memenangkan percakapan. *devil smirk*
Satu bulan sekali, peristiwa peluruhan dinding rahim yang tidak dibuahi membawa efek tersendiri baik dari segi fisik ataupun psikologis. Pengaruh hormonal ini membuat perempuan sulit menjauh dari moody yang luar biasa, hal serupa terjadi pada saya. Rutinitas ini membuat Riyan menjadi jauh lebih waspada. Dia bahkan mengingat jadwal bulanan saya, alih-alih peduli sebenarnya hanya untuk menjaga diri kapan harus membanyak stok sabar. Masa sebulan sekali ini adalah masa PMS namun dengan kepanjangan yang berbeda: Pria Mengalah Sekali.
Seperti normalnya hubungan, perempuanlah yang harus menjadi pihak lebih lembut. Saya pun berusaha demikian. Riyan kerap memuji saya karena hampir selalu berhasil tetap kalem saat kemarahannya sudah memuncak. Bahkan pernah di tengah emosinya, tanpa banyak bicara saya mendekap dan mengelus dadanya, sambil berkata "sudah sayang, sudah" dia mengakui itu sangat menentramkan. Saya bukanlah orang yang pro bahwa perempuan adalah makhluk yang selalu ingin merasa benar. Perasaan tidak ingin disalahkan ada di laki-laki dan perempuan. Bagi saya justru sudah sewajarnya perempuan menjadi pihak yang mengalah, itu tidak lain karena naluri alami kelembutan kaum hawa.
Walau demikian ada beberapa hari dalam sebulan saya gantian yang menikmati kelembutan sekaligus kekocakan pria tersayang saya. Entahlah kenapa bagi saya pengaruh hormonal sebulan sekali ini benar-benar signifikan berdampak pada mood. Uring-uringan sangat terasa tanpa kuasa untuk melawan. Sejujurnya ini bukan sebagai alasan untuk manja dan ingin selalu benar, tapi kenyataannya ini alami secara biologis terjadi.
"Menurutmu aku manis banget pas makin lama pacaran ato justru di awal pacaran?" Tanya saya serius dengan berharap jawaban manis mesra.
"Kamu manis banget saat sebelum PMS dan setelah masa 'dapet' berakhir." Jawabnya lugas tanpa ragu.
Sayapun hanya tertawa melihat bagaimana pria saya ini begitu humorisnya menanggapi perkara sindrom pra-menstruasi.
Masa 'Pria Mengalah Sekali' sedang saya nikmati hari-hari ini. Menyenangkan ada di hubungan di mana saya tahu tidak selamanya saya sebagai perempuan yang harus berlaku lembut dan sungguh bersyukur memiliki pria yang juga bisa menjadikan masa moody ini menjadi lebih ceria. Belum lagi senandung lembut suaranya setiap kali dilep menyerang malam sebelum tidur.
Teman saya pernah berucap kesan bahwa saya dan Riyan seperti air dan air, sama-sama lunak dan mudah mengalah. Lagi-lagi ini tentang penyesuaian diri. Sebuah adaptasi penuh kasih. Sebuah rahasia sederhana hubungan yang menyenangkan. Sebuah alasan tetap happy saat punggung terasa nyeri sekali :')
1 komentar
Tulisannya keren mbak.
BalasHapuswanna say something? ^^