kecenderungannya hanya satu: kebetulan selalu terjadi.
Minggu terakhir di tahun ini adalah liburan yang
berkualitas. Seperti kata penulis buku Geographical of Bliss, mereka
yang penya waktu untuk membiarkan pikirannya berkeliaran justru bisa lebih
mendalami apa yang terjadi di sekitarnya. Perkataan itu ditujukan untuk
menjelaskan orang Eropa yang menghabiskan banyak waktu di kafe, untuk
‘merenung’ dan akhirnya melahirkan banyak ilmuwan serta filsuf hebat.
Sepertinya perenungan demikian telah membius saya di liburan ini. Bukan, bukan
tentang hal yang sangat rohani atau dramatis. Hanya memaknai kembali bagaimana
sebuah pertemanan dimulai.
Percakapan intens saya dengan seorang kawan yang saya kenal
tahun lalu membuat saya menyadari kecenderungan yang sama dalam hidup ini, ya
dalam hidup saya.
Tidak ada yang kebetulan, itu benar dan filosofi ini sudah
sangat populer. Seperti satu ucapan di film full house “takdir adalah serangkaian
kebetulan yang menuju pada satu titik yang sama”
Antara kebetulan dan pertemanan, dua hal berbeda konteks
yang dalam eksekusi lapangannya sangatlah berkaitan. Ada begitu banyak
kebetulan yang membuat sebuah pertemanan bahkan persahabatan di mulai. Seseorang
yang tidak pernah kita dengar namanya, yang tidak kita kenal melalui komunitas
terdekat kita (kelas di sekolah, ataupun di jurusan saat kuliah), yang tidak
pernah kita rencanakan pertemuannya, mungkin menjadi seseorang we can count for a
lifetime.
Kita bisa memulai pertemanan dimana saja dan kapan saja, baru kemarin
saat malam natal saya berkenalan dengan dua orang perantau baru di Surabaya. Satu
orang dari Jakarta, dan satu yang lain dari Jogja. Kami bersebelahan saat malam
natal, kami ngobrol bertukar pin dan tidak disangka keakraban kami layaknya
kawan yang sudah lama mengenal. Entah sampai kapan ini bertahan, mungkin hanya
sebentar seperti euphoria tahun baru yang paling lama bertahan hanya dua
minggu. Tapi kenapa berusaha menebak? Cukup tetap jadi orang yang positif,
sambut setiap orang baru dengan kehangatan. Seperti kata Sidney white “awalnya
saya hanya ingin diterima, namun saya sadar kita semua ingin diterima.” Dan karena
itu, saya ingin berusaha memperlakukan orang yang saya kenal baik lama ataupun
baru saja, dengan sebaik-baiknya.
Tidak ada yang membenci sebuah pertemuan, entah itu akan
bertahan atau tidak nantinya. Bahkan ketika hanya berujung “mengenal,” itu
tetap layak disyukuri. Mungkin seperti saya dan twin saya, Limbong. Kami kebetulan
berkenalan di sebuah acara di Bali, dan ‘secara ajaib’ saya menemukan dia
adalah saudara kembar saya yang terpisah, karena ulang tahun kami persis sama. Tapi
itu hanya euphoria semata, pada kenyataannya saya tidak pernah benar-benar berbagi
apapun dengan dia kecuali sebuah buku untuk hadiah ulang tahunnya. Tidak ada
cerita yang pernah kami bagi. Tapi tidak semua kisah seperti itu.
Kadang kebetulan membuat kita menemukan rekan terbaik di
kala hidup ada di titik terburuk. Seperti antara saya dan Fro (Daniel Jones
Bernadi). Kami mengenal tanpa sengaja karena sama-sama ikut UM UGM di Jogja,
dan sama-sama ditolak lalu sama-sama diterima di UNAIR. Bahkan saat ini, ketika
dia punya seorang kekasih, dia masih mau menjaga percakapan kecil kami. Dan jangan
tanya, ketika saya insomnia, dialah yang akan saya cari. Saya membayangkan jika
saat itu SMA saya dan SMA-nya tidak join bus untuk UM UGM di Jogja dan jika
salah satu dari kami diterima di UGM, mungkin dia hanya akan jadi
someone-I-know but will never be my friend. Untungnya semua ‘jika’ itu tidak
terjadi.
Kadang kebetulan juga menuntunmu ke orang-orang yang
membuatmu belajar. Misalnya belajar gigih meraih cinta (asik bahasanya ya :p)
yang saya sadari beberapa hari yang lalu dari Rado, kawan dekat Limbong, yang
sedang berusaha memenangkan hati sahabat cewek terdekat saya. You-might-know-who-is-she.
Mungkin lebih dari itu, membuat belajar memaknai apa yang
terjadi. Seperti bagaimana kebetulan mempertemukan saya dengan kakJo. Di mulai
di natal 2010. Kami menjadi sama-sama perantau yang kebetulan menghabiskan hari penuh sukacita dan kedamaian tidak
bersama keluarga di rumah. Melalui percakapan online facebook, kami janjian
pergi ke ibadah natal bersama, padahal tidak pernah berkenalan secara tatap
muka sebelumnya. Banyak yang saya pelajari dari kakak ini, tapi yang terpenting
saya menemukan seorang yang selalu bisa saya usik dengan cerita-cerita gembira ketika
saya jatuh cinta, dan cerita muram ketika patah hati. Saya tidak mau
membayangkan, jika hari natal itu saya memilih pulang kampung, mungkin
saya tidak akan menemukan sahabat baik seperti kakJo.
Kebetulan juga tidak jarang membimbingmu ke seorang kawan
yang menularkan antusiasme tinggi dalam hidup. Seperti antara saya dan Arya. Jika
dia dan kawan saya tidak pernah jadian, mungkin kami tidak akan mengenal. Bahkan
setelah dia dan kawan saya berhenti memadu cinta sekitar 2 tahun lalu, bahkan
walaupun dia sempat pindah ke Bogor, kami tetap akrab hingga hari ini. Saya
telah menjadi temannya sejak dia gandrung skate board, capoeira, dan sekarang
beatbox, dan saya harap ketika hobinya lagi-lagi berubah, saya tetap jadi
temannya. Dia menjadi teman yang sangat antusias pada banyak hal, dan kamu
pasti tahu antusiasme itu seperti rasa kantuk, bisa menular tanpa kita sadari.
Dan mungkin, kebetulan juga yang mungkin akan membawamu
setapak demi setapak pada seseorang yang ingin kau doakan setiap hari. Seperti
saya hari ini dengan seseorang yang berusaha mencari alamat blog saya sekarang, Riyan. Bermulai
dari bercandaan di perjalanan Jombang-Surabaya antara BPH PMK ITS dan BPH UK3
UA, dan bermula dari kepatuhan saya terhadap suruhan Beetho (kawannya) untuk sms dia di
hari ulang tahunnya yang menjadi permulaan kedekatan kami hingga sekarang.
yang istimewa dari sebuah
pertemanan adalah tidak ada status 'mantan', kita tidak bisa mengubah status
apapun. Bahkan antara saya dan Limbong, saya tidak akan menjuluki-nya “mantan
kembaran.” Sama seperti tidak akan ada mantan ayah atau mantan ibu, sepertinya
juga tidak akan ada mantan teman atau mantan kenalan apalagi mantan sahabat J
dan itu kabar baiknya! yang ada hanyalah istilah "kawan lama" bukan "mantan kawan." Kecuali, Anda memilih untuk mengakhiri itu, memberikan
sebauh batas akhir pada relasi yang tidak harus berakhir.
Sepertinya di tulisan lain, saya pernah mengatakan ini, tapi
biarkan saya ulangi. Hal paling saya syukuri dan saya banggakan di dunia ini,
setelah keselamatan dari Pencipta saya, adalah orang-orang yang Tuhan ijinkan
hadir. Saya tidak bisa membanggakan fisik saya, apalagi bakat saya. Saya bukan
orang jenius, dan sangat payah di dunia olahraga dan seni. Tapi di tengah
keterbatasan dan ketidaklayakan ini, Tuhan anugrahkan banyak banyak sekali
orang yang akan melipatgandakan sukacita di hari bahagia, dan mengangkat saya
lebih tinggi ketika saya sudah menyerah dan menempelkan wajah ke bumi. Apa yang
bisa saya kata?
kecenderungannya hanya satu: kebetulan selalu terjadi.
Orang-orang itu semua lahir dari ‘kebetulan ajaib’ yang Dia
rancangkan. Mereka yang memeriahkan hidup saya yang entah akan berujung pada usia berapa. dan mungkin menjadi seperti Richard Parker untuk seorang Pi, yang membuat gairah untuk hidup tetap ada.
saya anjurkan anda mengamati film Life of Pi, ada begitu banyak kebetulan yang terjadi, dan semua berujung pada satu kisah yang membuat orang lain dan dirinya sendiri belajar tentang Tuhan. Kadnag tentang Hikmat-Nya, kadang hanya sekedar membuat kita mengingat bahwa Tuhan memang ada dan terus berkarya.
jadi.. jangan
takut, karena yang mengatur kebetulan itu adalah Pencipta Semesta yang tidak
akan pernah melakukan salah..
Selamat menjelang tahun baru!! Buka senyum lebar-lebar ke
setiap orang yang kau temui, siapa tahu dia akan jadi sahabatmu selamanya!
0 komentar
wanna say something? ^^