Love is converted into an action!
This valentine was so special, dan jelas saya bakal
berceloteh di sini untuk menceritakan sedetail-detailnya 2 hari istimewa ini. As I remember, I’ve been celebrate valentine since I was in
junior high school. But I can tell you that this valentine is most special
valentine I ever had! Most special and the sweetest one >,< you’ll know
later.
I do agree that 14 February is only a number, and I never
said that we must wait till that day come to share something, and to do
something out of ‘normal’. Tapi untuk beberapa hal, sebuah identitas “tanggal”
menyempurnakan sebuah kesan. Menurut saya begitu. Jadi jangan takut melakukan
sesuatu di-luar-kebiasaan di tanggal istimewa.
Pudding
I made something by my own for my beloved students finally. Awalnya mikir gak bisa wujudin ini gara-gara alasan “I have no enough time” tapi nasihat klasik bilang “you will never have enough time, you have to make it” dan akhirnya saya memutuskan membuatkan pudding untuk murid-murid 7D dan beberapa orang terdekat saya di sekolah. Di tengah gerimis membasahi kepala dan becek mengotori kaki, saya berjalan kaki membeli cup-cup pudding, dan bahan-bahan di toko sekitar kosan. Lalu saya mulai membuat, dari adonan coklat, moka, caramel, dan strawberry. Dari jam 7 sampai jam 11. Di tengah empat jam itu, dengan kondisi kepala agak pusing akibat gerimis, seingat saya, senyuman tak pergi dari bibir. Tanpa keluhan bukan karena tak ada rasa lelah, tapi karena saya tahu untuk siapa saya melakukan ini, untuk mereka yang saya kasihi.
Pelajaran berharga di dapur:
cinta membuat sesuatu menjadi ringan.
Coklat
Valentine tak lengkap tanpa
coklat. Bukan begitu? Dan ini jelas valentine ter-manis yang pernah saya alami.
Belasan batang coklat mewarnai meja kerja saya, sebagai pemberian dari
murid-murid saya. Ah so happy! Walaupun akhirnya bingung ini gimana
ngabisinnya. Bisa dipastikan valentine tahun depan, saya akan merindukan
tumpukan coklat semacam ini :( lalu di tengah lumeran coklat di mulut, saya
tersenyum kecil menyadari seberapapun dewasa atau tua-nya usia, kita tetap
bahagia ketika orang lain memberikan sesuatu untuk kita. Tidak terlupakan, itu
fakta sederhana yang membahagiakan.
Friendship Card
Saya selalu rindu, setiap orang
terdekat saya menyimpan sesuatu yang berwujud untuk mengenang saya. Fakta bahwa
saya –dan kita semua- akan meninggal itu sangat menolong untuk belajar
menyisakan sesuatu yang baik di muka bumi ini, setidaknya di ingatan dan di
tangan orang-orang terdekat. Dengan keterbatasan kreativitas saya buatkan
sebuah kartu sederhana yang setidaknya mengingatkan dua sahabat saya ini
bagaimana saya bersyukur memiliki mereka. Ketika membuatkan kartu ini, saya
sedang berada di sekolah di tengah kekosongan akibat siswa diliburkan mendadak
pasca hujan abu parah di Surabaya. Seorang rekan guru, melihat saya berkutat
dengan guntingan dan sebagainya lalu dengan polos berkomentar “miss adiss ini romantis
ya.” Haha sontak saya tertawa. Entahlah itu menggelikan, tapi membuat saya
tersanjung bagaimanapun.
Ohya kembali ke topik, kami
bertiga –saya, Helen, kak Ajeng- sudah merencanakan cukup lama untuk mencoret
bucket lists nomor 10 kami: minum kopi luwak. Akhirnya, terwujud! Puji Tuhan.
Saya bahagia, karena saya
membuatkan sesuatu untuk sahabat saya, karena saya bisa minum kopi termahal di
dunia asli Indonesia, karena saya bisa mencoret wishlist saya, dan karena saya tidak
sendirian melewatkan malam itu.
Old friend
Persahabatan konon semakin teruji
oleh waktu, dan jarak. Kebahagiaan saya di tanggal 14 tidak berhenti. Esoknya (baca:
tanggal 15) saya lagi-lagi bersyukur karena skenario yang Tuhan siapkan. Saya bisa
bertemu teman lama saya, teman sejak SMP hingga saya sekarang jadi guru anak
SMP. Kita berpisah SMA, kuliah, berpisah kota, dan tidak selalu punya cukup kesempatan
bercengkrama bahkan walau hanya melalui sosial media. Tapi ketika kami bertemu,
kenangan lama pun membaur. Kami tidak menjadi orang asing bagi satu sama lain,
bercerita layaknya tak ada lagi kesibukan yang menanti. 3 jam mengobrol
mengobati rasa kangen dan menyempurnakan bulan kasih sayang ini.
Lovely Patty
Yang membuat manis hari-hari ini
tak juga kehabisan ide, rasanya belum cukup membuat saya bahagia. Tanggal 15
malam, saya bergabung di komunitas rohani saya (selain uk3): RessYouth. Acara gathering
kali ini agendanya makan burger bareng-bareng. Simple sih, tapi penuh sukacita!
Burger tipis kadang jauh lebih enak ketika dimakan bersama kawan-kawan daripada
burger berlapis-lapis yang dimakan sendirian. Asik. Dan pastinya malam itu,
sukacita saya terlengkapi dengan dua hal yang saya sangat suka: es nutrisari
dan kartu (baik remi ataupun uno)!!
A phone call
Last but not least, telpon dari
seseorang menyempurnakan dua hari penuh kasih ini. Bercengkrama walau hanya
lewat telpon sudah sangat cukup. Tidak jauh berbeda dengan valentine sebelumnya,
masih sendiri. Hanya, valentine kali ini sudah ada seseorang istimewa yang saya
doakan. Penuh keraguan tentang kisah ini, mengingat beberapa hal. Kadang ada
ketakutan ending kisah ini tidak
seperti yang saya impikan dan lebih baik diakhiri lebih awal sebelum terlalu
jauh. Tapi sama seperti hari-hari lalu, sebuah panggilan dan percakapan telpon selalu
berhasil mengingatkan bahwa hal ini layak diperjuangkan. Dan di paragraph ini,
saya hanya ingin mengutip kalimat Paulus ketika mengingat jemaat Filipi “every time I think of you, I give thanks to
my God” (Philippians 1:3)
Pembelajaran utama dari valentine tahun ini adalah : kasih itu
ditindaknyatakan. Berupa pudding, burger, atau hanya sekedar menyempatkan waktu
bertemu kawan lama. Berwujud kartu, coklat, atau panggilan telpon. Kasih itu
sebuah verb, kata kerja aktif, yang harus dikonversikan melalui sebuah
tindakan.
"one simple act of kindness spoke louder than a thousand profound love" :)
*tulisan bahagia ini tidak luput dari kesedihan akibat
bencana gunung Kelud. Semoga para korban diberikan penghiburan dari sang
Pencipta. Amin.
1 komentar
miss, you did it all with love, I know.. and there is no one could give you back what the presents you cultivated in each heart because those are so precious. but this is us, we could only give our half part of life to be yours. so if we are not share our each life anymore, we live only with a half life.
BalasHapuswanna say something? ^^