Welcome to our website !

Tentang Sesuatu

Segalau apapun, pasti tetap tentang sesuatu, entah Tempat atau Teman, entah Pendapat atau Pengalaman.

By Kamis, Maret 20, 2014

Kincir Angin Masa Kecil

Ketika melewati sebuah lorong gedung tertentu langkah saya terhenti di depan deretan poster-poster karya pemenang dari sebuah kompetisi bertema lingkungan hidup. Hanya tergelitik sepakat dalam angan disertai imbuhan miris dalam porsi yang wajar ketika membaca kutipan ini:

"Jika pohon terakhir akan ditebang, dan mata air terakhir berhenti mengalir,
Mungkin baru saat itu manusia sadar bahwa uang tidak dapat dimakan."

Mungkin benar, itulah yang akan terjadi jika banyak pihak terus memperlakukan alam dengan seenaknya. Di Kelas Biologi ketika saya masih berbalut pakaian putih-biru sudah disinggung bahwa ada beberapa sumber daya alam yang memang tidak dapat diperbarui. Ada batas terhadap segala sesuatunya, itu fakta. Tapi saya yang adalah sarjana sosial juga tak pakar dalam hal itu dan tidak cukup kompeten untuk memberi berbagai pandangan serius dan teoritis. Satu yang saya yakini adalah prinsip konservatif yang dengan padat lugas diucapkan oleh seorang novelis tahun 1800-an pemenang penghargaan Literatur Pulitzer, Edna Feber, “Perhaps too much of everything is as bad as too little.”
Seperti sosial media yang melekat di kawula muda seantero dunia, telah dimanfaatkan untuk berbagai hal positif, dan telah bertransformasi menjadi kebutuhan. Ketika digunakan berlebihan juga membawa pengaruh buruk. Catatan lain penting di dunia maya adalah eksistensi sebuah peraturan tanpa aksara – etika nama lainnya – yang menjauhkan kita dari cemooh dan gerah para netizen lainnya.
Pemanfaatan energi berprinsip tak jauh berbeda, namun dalam konsekuensi yang jauh lebih serius sebab berkaitan dengan alam dan hajat hidup orang banyak. Kita membutuhkan energi dalam banyak bentuk. Minyak, gas, dan listrik, yang paling sering kita jumpai. Mulai menjadi masalah ketika pemanfaatan itu mengasumsikan kita adalah pengguna tunggal dan semakin parah jika ada rasa abai tentang batas dari energi tersebut. Pemborosan merupakan cerminan khas dan utama dari asumsi yang salah serta rasa abai. Inilah PR pertama kita: membenahi pola pikir. Tidak tuntas disitu, tugas selanjutnya adalah tentang tindakan nyata demi terwujudnya sustainablity. Penghematan sudah merupakan keharusan, itu tiada lagi berpilihan. Alam kita menyediakan yang tak terbatas sebenarnya, hanya kadang kita sudah terjebak dalam nyaman terhadap sesuatu yang sudah rutin kita gunakan. Sebut saja energi fosil berupa minyak bumi dan batu bara. Ketergantungan ini perlu dikoreksi, tak ubahnya ulangan harian dari siswa sekolah. Jika alam dapat bicara, mungkin dengan suara parau dia akan menunjukkan sisi-sisi dari dirinya yang belum banyak tersentuh. Angin misalnya.
 “Yuk beli kincir angin”
Ajakan seorang teman kala masa kecil menyelinap dalam jeda lamunan saya tentang pemanfaatan energi angin di masyarakat kita. Sebagai anak desa, saya akrab dengan mainan itu selain petak umpet dan juga layangan pastinya. Ada kalanya uang jajan kami habis dan memaksa kami membuat sendiri. Bermodal kertas atau botol plastik bekas, kami berkreasi. Penghematan dilakukan, rasa senangpun didapat.
Konon anak kecil adalah sumber inspirasi. Di balik kepolosan, ada banyak hikmah yang dapat dipelajari. Selama menjadi guru SMP, saya membuktikan kebenarannya. Lalu tiba-tiba membayangkan andai kita bisa menjadi mereka. Didorong keterbatasan uang saku, lahirlah kincir angin kreasi sendiri. Keinginan untuk menciptakan sesuatu kerap muncul usai merasa kurang atau saat apa yang biasanya kita gunakan sudah habis. Merasa tidak nyaman adalah permulaan penting. Sayangnya, kita belum ada di tahap itu. Mungkinkah kita harus menunggu minyak bumi habis, barulah ada keinginan untuk memanfaat sesuatu yang berbeda? Harusnya tidak.
Ada banyak sekali bagian dari alam ini yang dapat lebih dieksplorasi. Bahkan fenomena pasang surut gelombang bukan saja menginspirasi para penyair namun juga ilmuwan, Tidal wave energy contoh hasilnya. Anginpun demikian, tidak sebatas digunakan untuk menceriakan masa kanak-kanak. Kincir angin dalam ukuran yang lebih besar dan material lebih berat sudah terbukti bermanfaat di berbagai lokasi negeri ini. Kota Jakarta yang kerap menjadi sasaran berbagai keluhan juga telah memberikan contoh pintar, yaitu dengan memanfaatkan panel surya di lampu-lampu jalan tol. Mobil listrik, walau belum benar-benar ditanggapi serius oleh pemerintah, tetap merupakan inovasi yang layak diperhitungkan dalam upaya penghematan bahan bakar minyak. Sudah banyak yang dilakukan dan ini tidak dapat didustakan. Namun masih ada banyak lagi yang dapat diupayakan. Geothermal mungkin salah satunya. Memanfaatkan posisi strategis Indonesia sebagai salah satu Ring of Fire adalah pilihan cerdas. Indonesia sudah melakukannya namun belum dalam tingkat signifikan jika dibandingkan berbagai hasil studi tentang tingkat panas bumi yang sangat tinggi di negeri ini. Jumlah PLTP kita bahkan tidak lebih banyak dari jumlah jari di tangan kita. Sangat potensial namun belum menjadi familiar dan belum bertransformasi sebagai pilihan favorit.
Seperti kegiatan membuat kincir angin mainan, semua membutuhkan bahan-bahan tertentu. Keengganan untuk menciptakan atau mengubah suatu cara konvensional sering terbentur dengan mahalnya biaya awal yang harus dikeluarkan. Investasi, itulah kata kuncinya. Bermula dengan alokasi dana khusus di awal sebelum menikmati potensial manfaat. Ini seperti alur bisnis pada normalnya, tinggal mencari tahu siapa yang cukup peduli untuk merealisasikannya. Akan ada keuntungan, pastinya bagi khalayak yang terus haus akan energi seiring pertumbuhan ekonomi dan juga bagi pelaku bisnis.
Kita ada di sebuah negeri yang begitu besar nan strategis, tapi akan menjadi percuma jika pola pikir kita masih salah dan penuh kemalasan. Resource Curse merupakan teori terkenal, dimana melimpahnya sumber daya alam tidak selalu sinonim dengan segala hal positif. Ada dampak negatif yang terselip. Namun itupun dapat diubah, itu bukan sebuah keniscayaan. Ketika ada pola pikir yang tepat disertai tindakan yang nyata dan cerdas, maka keadaan akan membaik. Banyak sekali karya innovator muda di negeri ini yang berusaha membuktikannya. Mereka patut dihargai lebih. Bukan saja perkara hak paten atau pujian, namun lebih pada dukungan nyata dari berbagai pihak. Sinergi, kali ini kata kuncinya. Apapun sisi menawan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif akan sia-sia jika tanpa karya inovatif dan keseriusan yang masif. Ini PR kita semua untuk membenahi pola pikir, melakukan penghematan, dan lebih jeli memanfaatkan energi alternatif. Ini usaha kita bersama. Seperti membuat mainan kincir angin, tidak asyik jika dilakukan sendirian.

*tulisan ini adalah artikel yang dikirimkan untuk mengikuti kompetisi menulis dari Total energy*


You Might Also Like

0 komentar

wanna say something? ^^