Welcome to our website !

Tentang Sesuatu

Segalau apapun, pasti tetap tentang sesuatu, entah Tempat atau Teman, entah Pendapat atau Pengalaman.

Sang Pejantan Hippocampus

By Selasa, Februari 03, 2015 , , , , , ,

MAINSTREAM-isme
(:noun) paham yang menempatkan rata-rata pilihan kebanyakan sebagai pertimbangan.

Penambahan imbuhan 'isme' adalah keisengan saya, tanpa maksud apa-apa selain agar terdengar lebih keren. Harus diakui kata 'mainstream' ataupun sang antonim yang berimbuhan 'anti' di depannya adalah kosa kata populer saat ini. Apakah memang menjadi 'berbeda' sekarang merupakan toplist pekerjaan favorit generasi kita? Sepertinya begitu. Menjadi lain dari yang kebanyakan, kuda laut punya cara sendiri untuk itu. Bayi kuda laut dilahirkan tidak dari betina. Emansipasi yang kerap diteriakkan kaum hawa juga secara kodrati disuarakan oleh spesies ini. Tugas melahirkan justru diemban apik oleh sang jantan. Satu dari jutaan keunikan alam.

Menjadi berbeda dari yang kebanyakan terkesan lebih seksi.  Misalnya adalah passion to travel -Wanderlust- demikian julukannya. Bekerja di kantoran dianggap terlalu boring dan menetap di satu tempat tanpa travelling dianggap usang, agaknya itu yang disuarakan banyak kaum muda belakangan ini. Di instagram akan begitu mudah menemukan akun yang menampilkan rangkaian perjalanan di surga-surga dunia semudah menemukan apa arti rumus phytagoras di mesin pencarian google.


Memang merasa bangga jika menjadi berbeda itu hal naluriah bagi kita manusia. Namun bagaimana dengan kisah sang kuda laut tadi? Saya tergelitik rasa penasaran akan apa yang dipikirkan oleh spesies lain dalam koridor laut yang sama. "Macho kok bunting" apakah ejekan semacam itu kerap didengarnya? Entahlah. Saya bukan seorang psikolog -baik manusia apalagi hewan.
Di tengah keunikannya, saya yakin pasti kuda laut tidak pernah merepotkan diri dengan melihat apa yang mayoritas terjadi. Jika memang dia punya cukup waktu dan energi mengamati penduduk lautan, mungkin dia akan tergoda akan salah satu dari dua hal ini: angkuh karena terlalu berbeda atau minder (juga) karena terlalu berbeda.

Alam yang menakjubkan ini menyiratkan sebuah pesan yang kaya. Kuda laut hanya salah satunya. Masih banyak yang lain, misalnya kolibri, satu-satunya burung yang dapat terbang mundur. Atau kaum nokturnal yang melakukan terobosan pada pembagian waktu antara aktivitas dan istirahat. Paus, sang pesenandung di lautan. Semua di alam ini adalah sebuah ke-khas-an. Menjadi berbeda adalah hal paling mainstream di muka bumi.

Paulo Coelho, lagi-lagi saya harus mengutip darinya, pernah berkata: "pohon tidak pernah berusaha menjadi berbeda, dia hanya berusaha tumbuh dan menjadi dirinya sebaik mungkin. Sungai pun tak berusaha menjadi berguna, dia hanya berusaha tetap mengalir. Dia berusaha menjadi sungai. Lalu darinya, banyak makhluk dapat dihidupi."

Kutipan sederhana dari peraih nobel dunia literatur tersebut mengusir virus mainstreamisme dengan lantang. Perbedaan dasar sebenarnya adalah: "melihat siapa?" Saat berusaha menjadi berbeda sesungguhnya kita sedang melihat ke orang lain. Kita melihat apa yang berlaku kebanyakan, entah akan mengikuti atau justru melawan arus nantinya. Pesan yang diajarkan alam justru jauh lebih sederhana: lihatlah ke dirimu sendiri. Entah hanya belasan atau jutaan orang yang memiliki kesamaan pekerjaan atau hobi, itu tidak terlalu penting. Bagaimana kamu mengupayakan pekerjaan dan hobi, itu jauh lebih penting. Inilah pesan kedua. Saat mainstreamisme mengajak kita menghitung kuantitas, alam mengajarkan lagi-lagi yang lebih sederhana: tetaplah bertahan dan lakukan yang terbaik! Alam mengajarkan tentang kualitas!

Si jantan hippocampus tidak pernah berusaha menjadi anti-mainstream dengan hak untuk melahirkan. Dia hanya berusaha menjadi kuda laut. Kolibri pun demikian, dia tak merepotkan diri untuk lebih dulu melakukan survey terhadap kemampuan terbang kawan-kawan berbulu lainnya. Dia hanya berusaha menjadi kolibri yang tetap terbang.

Bagi sungai, yang terbaik adalah tetap basah dan mengalir. Idaman bagi sang pohon adalah tetap bertumbuh dan berbuah. Tapi untuk manusia? siapa yang dapat mendefinisikannya? no one but ourselves :)

But who can say what’s best? That’s why you need to grab whatever chance of happiness you have, and not worry about other people too much. -Haruki Murakami

You Might Also Like

0 komentar

wanna say something? ^^