constellation of tomorrow
Berbahagialah ia yang terlalu lelah memikirkan hari esok. Lelap nyenyak menjadi miliknya. Esok masih saja ditemani kabut. Biarkan aku bersandar sejenak. Saat ini harus aku maknai juga :)
Satu paragraf singkat diatas bukan gubahan seorang Claudya, Di tengah menunggu sebuah antrian, tersodor sebuah majalah lokal perusahaan dan saya tergelitik untuk menguak apa yang ada di dalamnya. Durasi dihabiskan lebih banyak di halaman paragraf tersebut terpatri. Saya membaca ulang bagian "terlalu lelah memikirkan hari esok." Sontak saya bertanya apakah salah memikirkan hari esok? Bukankah itu hal yang wajar? Tidak ada seorangpun yang membantu saya menemukan jawabannya. Karena kadang jawaban memang harus dibuat dan tak sekedar dinanti, maka saya membuat jawaban versi saya sendiri hari ini:
Tidak ada yang salah dengan merencanakan masa depan. Tentang apa, kemana, berapa, dan kapan. Saya dan Anda memiliki angan akan masing-masingnya. Menginginkan apa, hendak pergi kemana, ingin berpenghasilan berapa, dan menikah kapan, Semua ada dalam baris pikiran yang terkonversi dalam tiga hal: rencana, upaya, dan doa. Ketiga ini adalah cara ampuh menjawab pertanyaan bagaimana kita mewujudkan itu semua. Sayangnya kadang kita lupa menarik nafas dan memberi koma pada perjuangan untuk menjawab pertanyaan mengapa kita memikirkan itu?
Ingin bahagia, banyak yang menjawab demikian mungkin. Perencanaan yang rinci dipuji sebagai sebuah rasa mawas akan masa depan sehingga dapat menciptakan kehidupan yang nyaman. Memastikan apa yang masih ada dalam kendali dan menekan kemungkinan kecerobohan. Manusia ahli dalam hal itu. Sayangnya dengan jawaban tersebut, kita lupa bahwa bahagia merupakan state of mind atau pengkondisian pikiran, itu adalah keputusan, yang bagi sebagian orang dinganggap sebagai tujuan.
"Jika sudah memiliki ini, sudah pergi kesana kemari, dan setiap bulan sudah mengantongi puluhan juta gaji, baru saya akan bahagia." Kita memberi syarat atas perasaan dan suasana kehidupan yang sebenarnya dapat kita rasakan kapanpun kita mau. Kabar baiknya adalah bahagia dapat dimulai hari ini. Menurut saya yang selalu sok tahu ini, banyak orang yang tidak mampu menikmati "sekarang" karena mereka merasa kebahagiaan ada nan jauh disana. Kebahagiaan ada di masa depan, sehingga membuat mereka terlalu sibuk memikirkan tentang apa yang masih bersemat kata "akan."
Bagi kita dan mereka yang sudah bahagia hari ini, rencana adalah wujud syukur yang menjauhkan kita dari takabur. Kita tidak takabur atau terlalu sombong menilai bahwa kehidupan akan selalu mudah, karena itu kita membuat rencana. Kita SUDAH bahagia hari ini, bukan karena hidup kita serba ideal namun karena kita memilih demikian. Kita sudah bahagia, kita tidak kesulitan untuk menikmati apa yang dinamakan: HARI INI.
Kepastian bukan penghuni hari esok, pun kebahagiaan.
Mereka berdua adalah tamu hari ini. (cte)
0 komentar
wanna say something? ^^