Rahasia Kami berdua
Just like the picture said: no relationship is easy. It needs hard work indeed. This story is about how imperfect person like me and almost perfect person like Riyan keep stay. We stayed.
Rahasia 1: kasih dan kesepakatan
Riyan: "kita ini sebelum jadian bilang saling suka karakter masing-masing. Setelah jadian, baru terungkap semua. Yang bikin bertahan cuma sayang dan niat"
Dimulai dari kasih lalu dilanjutkan dengan niat. Rahasia sembilan bulan kami, sesederhana itu.
Kata Morrie di tulisan Mitch Albom, pernikahan akan mengalami banyak masalah jika tidak sepakat pada serangkaian nilai penting yang sama. Begitu pula pacaran, dua manusia perlu menyepakati hal-hal penting dalam hubungan. Misalkan tentang kejujuran, tentang prioritas pembagian waktu, tentang attitude saat berdebat (tidak kasar, tidak menutup telpon, dll) juga banyak hal lain. Kita tidak sedang mencari partner yang sempurna, justru sedang mengusahakan kesepakatan sepanjang usia dengan sesama manusia yang lemah.
"Lalu pertanyaannya, apa nilai yang paling penting?" tanya Mitch Albom
"Nilai tentang berharganya hubungan kalian" Jawab Morrie sang bijak.
Percuma ada cinta menggebu jika hanya satu orang yang menilai berharga sebuah hubungan. Ini mutlak: DIBUTUHKAN DUA ORANG yang sama-sama meyakini harga relasi kasih yang mereka miliki.
Rahasia 2: Kerja keras
Ketika aku dan Riyan memulai hubungan ini, bahkan setelah proses saling mengenal yang tergolong lama, kamipun masih dikejutkan dengan berbagai karakter satu sama lain. Riyan harus terkaget dengan ke-moody-an ku dan akupun harus terbebelalak dengan sisi koleris Riyan yang dominan. Satu dan disusul berbagai kejutan lainnya selama sembilan bulan hubungan ini. Pengenalan ini tak akan berakhir walaupun kami berdua sudah beranak-pinak memenuhi bumi.
Di sela satu per satu karakter yang terungkap, sepasang kekasih akan diperhadapkan pada beberapa kekaguman bernada "astaga I found my other half" yaitu melihat berbagai perbedaan yang saling melengkapi. Tapi potensi ketidakcocokan juga muncul. Ketidakdewasaan akan berkata bahwa itu alasan berpisah, tapi kasih yang menuju pernikahan kudus paham bahwa perasaan cocok adalah alasan bertahan dan ketidakcocokan adalah ruang untuk berproses. Lagi-lagi, Sesederhana itu.
Kerja keras pertama dalam hubungan adalah mindset atau hikmat yang memastikan bahwa 'The One' is could be from anyone. But the "Real One" is someone who makes you said "yes". Tanpa mindset ini, silahkan keluar masuk hubungan mencari kesempurnaan yang PASTI melelahkan. Saat Riyan menembakku dengan peluru berwujud buku pop-art yang sangat indah, dia tidak menuliskan disana untuk aku menjadi pacarnya. Dia justru memintaku menjadi partner mengucap janji setia di altar gereja dan menghabiskan waktu bersama anak-anak di sebuah rumah. Dia dan aku tidak sedang mencoba-coba "apakah kami cocok?" percobaan itu sudah berjalan satu tahun empat bulan sebelum malam penuh grogi dia memintaku menjadi kekasih.
Rahasia 3: Kerja keras
Di antara tumpukan kagum atau sinis orang sekitar, kami bertahan. Pertahanan ini bukan tanpa sayatan. Entah berapa kali maaf harus saling termohonkan. Usia penuh ego tak bisa diingkari membuat perdebatan makin runyam. Belum lagi ditambah bumbu-bumbu cemburu.
"Manusia menajamkan manusia"
Kerap aku mengingatkan ini baik ke Riyan atau diri sendiri ketika kami mulai geram dengan rasa sakit baik akibat kesalahan atau teguran. Persis malam ini saat aku memimpin kami berdua berdoa, terucap kalimat:
"Tuhan,
berikan kami kelembutan saat meresponi kesalahan.
Kerendahan hati untuk mengakui salah.
Kebesaran hati untuk mengampuni"
Ketika dua orang bersama, pasti mereka akan saling menyakiti. Sengaja ataupun tidak. Karena itulah, kerja keras kedua adalah: sikap terhadap kesalahan.
Suatu malam setelah bertengkar parah dan Riyan merasa sangat lelah, aku bertanya "Riyan masih punya stok maaf buat adiss?" lalu dia dengan nada belum sepenuhnya pulih ceria menjawab: "iya tinggal sedikit"
Dari situ aku menyadari, stok maaf yang berharga itu terus berkurang seiring kesalahan. Tapi bagi mereka yang sungguh saling mengasihi dan berniat seumur hidup bersama, stok itu tidak boleh dan tidak akan pernah habis. Selalu ada keceriaan baru yang membuat stok itu secara otomatis nan ajaib bertambah. Akan ada memori indah yang memampukan seseorang berinisiatif menambah lagi tumpukan pengampunan tersebut. dan tenang, Sang Sumber Stok Maaf itu selalu bermurah pada kita.
Hampir aku beranjak ke point selanjutnya lalu melupakan kenyataan pahit dalam hubungan: Memaafkan yang mengaku salah, itu mudah. Memaafkan yang tidak mengaku salah, itu sulit. Meminta maaf saat salah, itu juga sulit. Tapi meminta maaf ketika merasa tidak salah, itu paling sulit.
Aku tahu, Riyan begitu berjuang di tengah kolerisnya tentang hal ini. Baik meminta maaf ataupun memaafkan. Kadang dia gagal, tapi dia juga pernah berhasil, dan saat itu dia bertransformasi menjadi seseorang yang tidak ingin aku lepaskan hingga uban menjadi kebanggaan. Aku mengaguminya.
Tidak ada kelembutan Riyan dalam hal ini yang membuatku ingin manja mengulangi salah dan memperalatnya. Entah bagaimana kelembutanku di mata Riyan. Satu yang aku tahu, tidak pernah ada kelembutan yang menodai harga diri. Kelembutan pria justru menjadi alasan wanita belajar penundukan dan Kelembutan wanita, adalah alasan seorang pria tetap setia.
Rahasia 4: Kerja keras (peringatan: saya akan menulis banyak disini)
Setiap kali kami membatalkan niat menyerah, satu kalimat yang selalu muncul di otakku adalah: masih ada dua orang yang mau berjuang.
Perjuangan kami bukan hanya tentang berusaha saling bertemu di tengah jarak yang memisah. Lebih jauh dari itu, rutinitas harian kami adalah wujud perjuangan yang nyata. Kadang berupa kreatifitas membuat pasangan senang. Seperti yang kerap aku lakukan, mengirimi Riyan gambar di sela waktu kerjanya, memanfaatkan spontanitas khas sanguin untuk menceriakannya dengan gombalan dan kejutan dengan barang hadiah. Kadang kerja keras juga ditunjukan dengan konsistensi tingkat tinggi ala Riyan. Menelpon minimal satu jam setiap malam, menyapa pagi, dan menyempatkan saling menggoda di jam makan siang. Serta kesiapsiagaan Riyan menawarkan tangan bantuan, itu juga adalah bahasa kasih luar biasa.
Perjuangan juga terwujud dalam kerelaan membatasi kedekatan dengan kawan lawan jenis. Dia hampir tidak pernah membuatku cemburu apalagi curiga. Sayangnya, Riyan harus merelakan hatinya beberapa kali kecewa. Ini adalah satu bab lagi pelajaran ketat yang sudah berhasil kami lalui.
Perjuangan juga terwujud dalam kerelaan membatasi kedekatan dengan kawan lawan jenis. Dia hampir tidak pernah membuatku cemburu apalagi curiga. Sayangnya, Riyan harus merelakan hatinya beberapa kali kecewa. Ini adalah satu bab lagi pelajaran ketat yang sudah berhasil kami lalui.
Jadi, kerja keras selanjutnya dapat diringkas dengan: bahasa kasih. Banyak pasangan saling cinta, tapi juga tak sedikit yang kandas karena gagal membahasakan kasih mereka dengan anggapan pasangan telah tahu itu. Ingatlah, kita tidak berpacaran dengan cenayang. Tak masalah bagaimana cara membahasakannya, yang masalah adalah ketika kasih tidak dibahasakan samasekali
Romantisme itu perlu! Tapi bahasa romantis setiap orang juga berbeda. Coba bandingkan antara mbak Angel-mas Adi dan Bintang-Bastian. Completely different style to express love. Soal kreatifitas dia kalah dariku. Begitu sebaliknya, soal ketekunan akupun kalah jauh darinya. Dalam batin aku mengagumi romantisme tingkat tinggi seorang laki-laki yang dilakukan Riyan dengan cakap, yaitu dengan serius memikirkan masa depan. Tentang rumah, kendaraan, jumlah anak, bahkan hewan peliharaan tak sungkan dia diskusikan denganku.
Bahasa kasih, lagi-lagi aku harus katakan, kami memang berbeda dan puji Tuhan, kami telah banyak sekali mengalami kemajuan soal ini. Ah sungguh bukan hal yang mudah awalnya. Aku menuntut dia berbicara bahasa kasih sepertiku, dan dia mengakui dengan gemas berbalut rendah hati bahwa itu terlalu berat baginya. Sampailah aku di satu titik dimana aku menyerah menyetir bahasa kasihnya. Terlalu sulit mengharapkan spontanitas dari seorang koleris sesulit mengharapkan stabilitas dari seorang sanguin. Malam ini, aku dapat tersenyum bangga mengingat betapa kami telah belajar.
Usai pergumulan panjaaaaang soal ini, aku mendapati satu fakta di satu tengah malam aku terjaga: "jangan mencari perasaan adil. Tapi usahakanlah kasih yang terus memberi" Ketika kita mencari keadilan, kebanyakan kita akan tidak terpuaskan. Antara sombong merasa telah melakukan lebih banyak atau insecured karena melakukan lebih sedikit. Jadi, lebih baik fokuskan pikiran pada "apa yang bisa aku lakukan untuk kekasihku ini?"
Rahasia 5: Kerja keras.
Hampir selalu setiap selesai berdebat aku menuliskan sesuatu di kumpulan note kami. Disana tertumpuk kesimpulan dari setiap masalah, agar kami tak mengulangi kesalahan yang sama atau sekedar mencatat apa yang pasangan kami inginkan. Mulai belakangan ini aku juga memutuskan dan mengajak Riyan untuk berdoa bersama setiap kali kami selesai bertengkar.
Ini rahasia hampir terakhir: komunikasi dan resolusi. Bukan karena ada di urutan belakang, maka ini kurang penting. Nyatanya ini adalah salah satu yang paling esensial: komunikasi vertikal dan horizontal + resolusi vertikal dan horizontal. Pada Tuhan dan pada pasangan. Mengundang campur tangan Tuhan, bukan hanya teori dan iming-iming kemudahan. Bergantung padaNya dalam mengasihi orang lain mutlak dibutuhkan. Belum pernah lepas dari ingatan ketika aku memohon dengan sangat "Tuhan berikan kami kasih mesra" lalu Tuhan secara begitu ajaib memampukan kami mewujudkan kemesraan luar biasa. Juga bagaimana di satu hari kami mendengar khotbah tema yang PERSIS sama di dua jenis gereja di dua kota yang berlainan dari dua tokoh Alkitab yang berbeda. Dua manusia saling jatuh cinta lalu saling berusaha, tapi ada Tangan Tak Terlihat yang senantiasa menjaga dan memelihara di tengah kecerobohan dan keterbatasan.
Komunikasi tidak cukup jika tidak dibarengi dengan rumusan komitmen ke depan. Pun resolusi juga tidak terwujud tanpa komunikasi. Riyan sangat baik dalam menjaga komunikasi, dan keterampilanku bekerja saat menyusun resolusi. Kami berbeda namun saling melengkapi disini.
Rahasia terakhir: Pengharapan dan Ucapan syukur.
Mengucap syukurlah senantiasa dan tetaplah percaya, kata Paulus. Perjuangan menuju pernikahan sangat berat, tapi pengharapan akan keindahan sebuah pernikahan juga menjadi alasan bertahan di setiap pahit manis perjalanan. Kita bekerja keras seumur hidup, kita tangguh bertahan terhadap apa yang kita anggap baik di depan. Itu adalah hal baik jika kita boleh berjerih lelah untuk sesuatu, karena itu tanda kita masih manusia, sebab tak ada perjuangan di dunia orang mati, ucap sang Bijak Pengkhotbah.
Seperti syukur karena diberikan kesempatan kuliah dan pengharapan akan gelar sarjana akan menjadikan semangat berjuang menyelesaikan skripsi. Begitu pula dengan relasi sejoli manusia.
"beyond blessed and proud to call you mine, Riyan Yonathan" inilah kalimat pembukaku saat kami berdua jadian. Perasaan bangga dan terberkati itu masih sama seperti hari ini, dan menjadi penyemangat aku melakukan segala kerja keras. Aku bersyukur atas yang aku miliki. Aku merasa cukup. Aku (dimampukan) untuk percaya bahwa apa yang akan kami miliki ke depan sungguh indah. Aku sebagai wanita berhenti menanti yang lain dan Riyan sebagai laki-laki berhenti mencari yang lain. Kami bertahan, bukan karena pasangan kami sempurna, bukan karena hubungan ini selalu nyaman, tapi karena kasih, pengharapan, dan pastinya ucapan syukur yang memampukan kami bekerja keras.
Sekian.
Ini rahasia kami, setiap pasangan memiliki rahasianya sendiri. Di antara itu semua masih terlalu banyak wujud kerja keras yang harus diusahakan. Yang jelas kasih adalah investasi besar, kami belajar menumbuhkannya dengan kerja keras.
Sebagai penutup, aku sisipkan to do list kami :)
1. Berdoa bersama dan terus saling mengasihi
2. Setia melakukan hal-hal sederhana untuk pasangan
3. Bertanya jika ingin tahu
4. Berkata "tidak" dengan hormat, jika tidak sepakat
5. Memuji dengan tulus
6. Menegur dengan rendah hati
7. Meminta maaf dan mengampuni
8. Mendengar tanpa menghakimi
9. Bercerita dengan apa adanya
Sungguh kami tidak sempurna melakukan ini semua. Kami hanya berusaha menjadi dua kawan baik yang saling bekerjasama. Menjadi partner yang saling mendukung di suka duka. Baik air mata tawa, air mata pergumulan, dan air mata luka, sudah mengairi baris doa kami. Di ribuan hari bersama ke depan (jika Tuhan menghendaki) akan muncul masalah baru dan tantangan baru, tapi juga akan ada kekuatan baru!
kami tidak pernah sendirian berjuang, itulah rahasia terbesar.
kami tidak pernah sendirian berjuang, itulah rahasia terbesar.
0 komentar
wanna say something? ^^