Dengan Satu Ginjal
Di sudut
ruangan, saya duduk bersama dua murid perempuan. Tiba-tiba, salah satu diantara
mereka mengangkat kaos menunjukkan area perut. Saya kaget. Walau sama-sama
perempuan, tapi tindakan tanpa komando itu membuat saya sempat terperanjak.
turn your scars into stars Source: 24.media.tumblr.com |
“miss
aku lho uda ngerasain operasi”
Seraya dia menunjukkan sebuah bekas jahitan
yang sudah mengering. Bekas sayatan itu tak kecil, 13 cm panjangnya (sesuai konfirmasi orang tua yang bersangkutan) sehingga tak perlu menjelikan mata, saya sudah bisa menangkap operasi 'serius' telah berlangsung.
Remaja berambut semi-keriting itu lantas melanjutkan penjelasan. Ternyata sejak usia dua tahun, salah satu ginjalnya harus diangkat. Dengan beberapa alasan medis, saya menyimpulkan fakta bahwa sekitar 12 tahun sudah dia jalani hari demi hari hanya dengan satu ginjal.
Remaja berambut semi-keriting itu lantas melanjutkan penjelasan. Ternyata sejak usia dua tahun, salah satu ginjalnya harus diangkat. Dengan beberapa alasan medis, saya menyimpulkan fakta bahwa sekitar 12 tahun sudah dia jalani hari demi hari hanya dengan satu ginjal.
dokumen pribadi Keterangan: Salah satu ginjal tergencet kista yang cukup besar. William's tumor, sebutan medisnya. |
Sampai disitu,
perasaan saya bercampur. Lebih tepatnya kebingungan memilih respon yang tepat
dan pantas.
Ada banyak
sekali sebenarnya ketidakberuntungan yang dialami setiap insan. Murid saya
hanyalah satu diantara jutaan kasus lain. Ketika sesuatu yang bahkan dia tidak
bisa kendalikan, harus singgah, dan memberikan sebuah dampak yang seringnya tak
nikmat. Entah perkara kondisi fisik, finansial, relasi yang retak, dan berbagai
hal lain. Ketidaksempurnaan hidup itulah yang agaknya menjadikan konsep “harus
kuat” menjadi begitu populer.
keep holding on |
Dengan
gentar saya mengajukan pertanyaan “Lalu… gimana kondisimu sekarang? dan pernah
ngga kamu minder ama bekas operasi itu?”
“Semua
normal miss” katanya lugas. Ternyata walau hanya dengan satu ginjal, belasan
tahun dia dapat jalani dengan kondisi fisik prima, atau setidaknya tidak jauh
berbeda dengan orang-orang lain. Setahun sekali memang masih harus menjalani check-up tapi selebihnya, gadis yang
tahun depan akan mengenakan seragam putih abu-abu ini, menjalani berbagai
aktifitas tanpa pantangan apapun.
“tapi soal
minder.. ya pernah miss” begitu
responnya menimpali tanda tanya saya yang kedua. “Dulu SD, pas ganti baju olahraga
kan bareng-bareng, sering ditanyain temen itu luka apa”
Saya kira
jawabannya hanya sampai disitu, tapi lanjutan pernyataannya membuat hati saya
bergetar:
“tapi lho miss Tuhan uda baik banget sama aku, operasinya pas kecil jadi aku ga ngerasain apa-apa dan aku sehat-sehat aja sampai sekarang, jadi aku kebangetan miss kalau ga bersyukur”
Exactly! That kind of attitude is just adorable.
Sejatinya, kuat itu bukan menjadi senantiasa bahagia di tengah masalah,
Bukan pula soal berpikir positif yang berlebihan sehingga melakukan penyangkalan bahwa memang ada sesuatu-tak-enak terjadi. Kuat berbicara jauh lebih indah dari itu.
Kita jelas
tahu tokoh Nick Vujicic dan lusinan orang lain dengan keterbatasan fisik namun
menggoreskan karya luar biasa. Mereka semua orang yang begitu kuat menjalani
hidup. Kesamaan murid saya dan mereka adalah sebuah attitude yang tepat ketika nasib seakan tak berpihak.
in this imperfect life, we can always choose our attitude about it |
Pertama,
mereka menolak skenario victim playing
yang berpotensi membuat mereka dapat menerima limpahan rasa kasihan. Mungkin nasib
memberikan ketidakberuntungan tertentu pada kita, tapi kita selalu bisa memilih
kita mau menjadi tokoh korban yang menyalahkan nasib dan mengemis rasa iba,
atau menjadi seorang pemenang yang menginspirasi.
Kedua,
mereka fokus pada karunia lain yang Pencipta berikan. Alih-alih klise berpikir
positif menyangkali kenyataan, mereka justru menerima utuh ketidakberuntungan
itu, tapi tidak membiarkan diri terjebak di sana. Mereka tidak fokus pada apa
yang tidak mereka miliki tapi fokus kepada segala berkat lain yang Pencipta
sediakan.
Tiba-tiba
saya teringat tentang sosok Morrie, yang ditulis dengan apik oleh Mitch Albom.
“Morrie tahu
ia jadi korban nasib yang tak ada alasannya, tapi Morrie tak memilih menjadi
marah. Dia memberitahu kita, masih ada orang yang berbuat baik dalam
kekalahannya.”
Kalimat ini adalah refleksi yang merangkum attitude yang tepat dalam menghadapi sesuatu.
Kalimat ini adalah refleksi yang merangkum attitude yang tepat dalam menghadapi sesuatu.
Tidak marah dan tetap berbuat baik, bukankah butuh kekuatan besar untuk melakukannya?
Mungkin kita
tidak terbatas secara fisik, tapi saya yakin di segala apa yang kita miliki, selalu ada ketidaksempurnaan.
Levelnya berbeda tergantung kebijakan Pencipta, tapi yang jelas kita harus
menjadi pribadi yang kuat.
Kuat untuk bersyukur, kuat untuk menjalani sesuatu dengan legowo, dan kuat untuk mampu menginsafi sesuatu yang buruk sebagai skenario terbaik.
Sudah kuatkah
kita hari ini?
0 komentar
wanna say something? ^^