Welcome to our website !

Tentang Sesuatu

Segalau apapun, pasti tetap tentang sesuatu, entah Tempat atau Teman, entah Pendapat atau Pengalaman.

Di perempatan Wonokromo

By Senin, Oktober 03, 2016

Pagi itu, aku buka lebih awal dari biasanya. Kegelisahan yang muncul, juga lebih besar dari semestinya.
Aku sempat menakutkan masa depan. Terlalu banyak impian yang aku simpan, tapi seakan kekurangan sumber daya untuk mewujudkan. Kadang mimpi itu memotivasi kadang juga menjadi beban tak terbantahkan. Batas mimpi dan obsesi menjadi begitu tipis. Singkatnya, pagi itu aku ketakutan.
Aku memulai perjalanan di Senin pagi dari daerah Ahmad Yani. Riuh, penuh kendaraan bermotor. Tak ada yang beda aku duga. Masih dengan kemacetan, polusi, dan kegelisahan tak diundang. Sampai, di perempatan Wonokromo aku tahu: Sang Khalik memelukku erat.
Di perempatan kala lampu merah menghadang, aku menatap ke langit dan melihat banyak burung berterbangan. Banyak. Lebih banyak dari biasanya. Telah kesekian kali aku melewati daerah itu di Senin pagi, aku yakin: ada yang beda.

Mereka lincah mengepakkan sayap menghiasi pemandangan langit pagi yang agak berdebu. Sayap hitam mereka membentang, mengingatkan pada indah kepolosan gambar burung versi taman kanak-kanak.
Aku tak jeli jenis burung apa mereka dan tak pula menebak apakah mereka saling bercengkrama membicarakan hidup dengan sesamanya
Aku hanya penasaran apakah mereka punya kekhawatiran. Misalnya soal makanan apa hari ini, biaya pembuatan sarang, atau kekhawatiran akan pemburu yang mengintai.
Hanya dua yang aku tahu: pertama, fakta bahwa mereka terbang lincah. Kedua, bahwa burung-burung itu telah menjadi bahasa sederhana nan hangat sang Pencipta.

Mungkin kebetulan, atau mungkin sebuah kesengajaan Ilahi. Tapi sekali lagi aku menggugah diri.. jika burung-burung di udara saja Ia pelihara, jika mereka yang tak menabur saja dapat terbang dengan anggun, masakkah masa depanku Ia abaikan?
Ketika seorang proffesor jenius membutuhkan seumur hidupnya untuk belajar biologi..
Ketika seorang astronom mendedikasikan dirinya pada berbagai teori untuk menjelaskan galaksi..
Dia -sang Berdaulat- mencipta itu semua.
Ia yang mengatur jagat raya,
memerintah di atas semesta,
lalu apakah Dia akan kurang daya dan kuasa menolong hamba yang mau berusaha?
Sekali-kalipun tidak.
Aku mengakui kuasaNya, tapi tak kurang mengagumi pelukanNya...
... yang begitu terampil membahasakan kasih dan providensi.

Lewat udara yang segar ketika seseorang merasa hidupnya terlalu pengap derita.
Lewat gemersik rumput dan senandung alam, saat seseorang tertekan berisik tuntutan orang sekitar. Lewat senyum kakek penjual buah yang sedang menyebrang jalan, ketika seseorang merasa tak ada lagi keramahan yang bertahan.
Dan pastinya.. lewat gerak-tanpa-gelisah burung-yang-tak-menabur, ketika seseorang takut akan masa depan. Sepertiku. Senin pagi. Di perempatan Wonokromo.



You Might Also Like

0 komentar

wanna say something? ^^