Welcome to our website !

Tentang Sesuatu

Segalau apapun, pasti tetap tentang sesuatu, entah Tempat atau Teman, entah Pendapat atau Pengalaman.

Super mom in Mind

By Sabtu, Oktober 29, 2016

Satu ketika, liburan dan berbagai rantai takdir membuat saya bergabung dalam pendakian Gunung Semeru. Untungnya, ijin dengan mudah saya kantongi. Saya pribadi sangat bangga dan lega dibesarkan dengan kombinasi nilai dari mama dan papa. Kepercayaan dan keleluasaan yang tinggi dari mama dan ketegasan prinsip dari papa, membuat saya mencicipi banyak kebebasan tanpa terlena untuk keluar dari jalur yang seharusnya.

Pendakian yang melelahkan ini berlangsung empat setengah jam. Ketika wajah Ranukumbolo mulai terlihat, saya refleks berteriak kegirangan. Adalah naluri, menjadi lebih ekspresif kala melihat bahwa jerih payah hampir sampai pada tujuannya. Sore itu saya menikmati waktu dengan cengkrama kawan dan gerakan cantik kabut yang datang. Kami seluruh pendaki bertabur takjub kala melihat meriah bintang saat malam. Lalu dengan sok, kami membuat gambar dengan menarik garis antar bintang, yang sepenuhnya hanya bentuk imitasi adegan film romantis. Keesokannya, kami mengisi perut dengan bekal seadanya. Walau masih terasa betah berinteraksi dengan alam disana, kami mulai melangkah pulang. Jalur yang berbeda dari yang kami tempuh saat berangkat, tapi sama-sama indah. Di tengah perjalanan, sembari meneguk air mineral, kami berhenti dan salah satu rekan saya berbagi cerita.

Dia merupakan sosok yang begitu menghidupi jiwa petualang dalam dirinya. Bukan sedar petualang ala-ala yang buang sampah sembarangan, namun seorang bertanggung jawab dengan alam yang dia singgahi. Dia berujar bahwa naluri petualangan ini adalah warisan dari mamanya. Iya, mamanya! Bahkan ijin untuk pergi dan pesan-pesan menjaga lingkungan adalah petuah berulang yang ia petik dari sang ibunda.

Tak berselang lama, sesampainya parkiran mobil dekat Ranupani, saya melihat pemandangan yang begitu berkesan, benar-benar mengharukan. Seorang wanita sekitar hampir 40 tahun, membuka tangan memeluk lalu mencium pipi suaminya dan dua anak laki-lakinya yang sangat belepotan dengan lumpur pasca tuntas menggapai puncak. Ah sungguh :') perasaan yang mengilhami saya menulis ini.



Melihat pemandangan di parkiran TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru), mengingat mama saya di rumah, dan mendengar cerita tentang sosok ibu yang menurunkan darah petualang, membuat saya memutuskan ingin menjadi sosok ibu seperti apa. Yes, I decided on the spot, that’s the kind of mother I wanted to be.

Namun saya tahu persis:
untuk menjadi ibu hebat saya harus terlebih dahulu menjadi wanita hebat.

Saya sangat tergugah dengan pesan bahwa wanita tidak boleh manja seperti yang ada di tautan berikut: http://trivia.id/post/wanita-tidak-boleh-selalu-manja-ini-alasan-mengapa-kamu-harus . Bacaan tersebut saya kira akan rugi untuk kita lewatkan. Beberapa poin yang gamblang dan patut direnungkan.

Entah berapa tahun lagi kita boleh mencicipi kepercayaan menjadi seorang ibu, tapi sedari sekarang sebagai seorang wanita, sudah selaiknya membentuk sosok ibu seperti apa yang kita idamkan kelak dan memperjuangkan hal itu.



Saya memang ingin ada memeluk anak dan suami saya saat turun dari puncak, atau naik ke perahu setelah jelajah laut. Tapi saya terlebih ingin menjadi wanita yang turut mendaki dan melihat indah bawah laut bersama mereka.

Saya masih jauh dari usia memiliki anak, dan masih sangat jauh untuk menjadi sosok yang saya harapkan. Setidaknya, sedari sekarang saya harus berhenti manja.



Saya hanya terus mencoba. Kamu juga kan?

You Might Also Like

0 komentar

wanna say something? ^^