Welcome to our website !

Tentang Sesuatu

Segalau apapun, pasti tetap tentang sesuatu, entah Tempat atau Teman, entah Pendapat atau Pengalaman.

Jadi Pandu Sidang yang Baper

By Sabtu, Februari 03, 2018

 “ah kamu baper ya” begitu kata satu teman membaca postinganku tentang kepulangan ke Surabaya dan berkata selamat tinggal ke rekan pandu yang siapa sangka telah jadi bagian istimewa di hati. Masalahnya sederhana, sulit untuk tidak “bawa perasaan” ketika dua minggu bertemu orang yang sama dan di satu titik harus berpamitan untuk berpisah. Untuk itu, tulisan ini dibuat. Karena terlalu banyak hal yang meluap di hati atas rekan-rekan yang Tuhan anugerahkan, aku mau coba menguraikannya satu per satu.


Pertama, pastinya Untuk rumah Oma squad (Angel, Queen, Kiki, Desta, Kak Thia, Tika, Olip, Icha, Oma, Christy, dan Junio). Air mata keluar di sudut mata saat mengetik paragraf ini. dan memang, bagian berpamitan paling susah adalah menyiapkan hati untuk tidak lagi meneguk nikmat teh manis hangat buatan Oma di pagi hari dan ritual mencuci di larut malam. Benar memang, hal sederhana justru yang akan paling dirindukan. Terima kasih untuk sebuah persahabatan yang diisi dengan Es buah nikmat sepulang gereja, kapurung dengan kuah segar, hingga drama pecah meja. Terima kasih sudah menjadi saudari baru bagi seorang Claudya.



Terjadinya seluruh jalinan persahabatan ini tidak lain juga hasil kerja keras tim BPR PGI yang telah melakukan seleksi hingga membina kami. Maka selanjutnya aku mau berterima kasih buat kak Abdiel secara khusus. Seorang yang dengan segala kerendahan hatinya membuatku bukan hanya mendengar namun melihat pesan “jadilah tuntas dengan dirimu sendiri” diwujudnyatakan. Tak lupa teman-teman lain, seperti Olip yang jadi alarm pagi dan kedewasaannya menghadapi segala sesuatu, kak Anggara yang walau kerap otoriter namun jadi pendengar, Richard yang sangat kreatif dan jadi pembawa backsound saat momen di bandara, WW sebagai partner babivora dan diskusi serius sesekali, dan untuk Ryan Stevano William Manoby, yang tentangnya dapat kutulis berlembar-lembar, terima kasih selalu rajin memfoto kami dan menjadi kakak yang setia menyemangati.

Untuk rekan pandu lain yang padanya memoriku ikut tertambat, seperti Ike yang super jahil tapi sekarang aku kangenin; Chiko yang di tengah lawakannya menggugahku tentang seberapa “mewah” kehidupan bergereja yang aku nikmati di Surabaya; Vincent yang selalu bertanya “kakak suka pelayanan kan?” sebagai kode untuk meminta tolong sesuatu; Flo yang keren sekali sebagai tim ibadah; Cindy yang akan kukenang semua nada bicara dan becandanya yang jauh dari kesan mahasiswa STT; Egy yang suaranya bikin aku ngefans dan sedang sibuk merilis Lambe Murah; bang Uchu, kak Ritta, kak Anna, dan bang Yosa yang uda super super baik dan banyak bantuin; Andri yang sering kerja bareng dan punya minat yang sama di literasi; Willie yang guyonannya receh tapi somehow akan kuingat, kudoakan juga kamu segera menapak ke Semeru dan ohya aku berharap bisa singgah lagi di rumah nyamanmu lagi di Latuppa; Martin yang ajak explore dan menunjukkan sikap keugaharian jauh lebih keren dibandingkan para bapak-ibu yang duduk di kursi sidang; Rony yang selalu bikin suasana energik dimanapun; Este dan Karput yang suka ngegas tapi selalu bawa rona ceria sendiri; Arrang, pandu termuda dan satu-satunya yang panggil aku “miss”, aku percaya banget kamu akan jadi orang hebat!

Untuk nama-nama lain yang mungkin tidak kusebut secara spesifik, kalian tidak kurang istimewa, percayalah! Mungkin terbatas durasi (dan energiku) untuk mengenal semua secara personal, tapi aku mengasihi dan bersyukur atas kehadiran kalian tanpa terkecuali.

Selain rekan pandu, Sidang MPL PGI 2018 juga mempertemukanku dengan beberapa orang keren lain. Tapi satu yang paling berkesan adalah bertemu dan mengobrol dengan pak Albertus Patty. Terkhusus sebelum makan siang hari terakhir sidang, setelah turun dari ‘panggung’ beliau menghampiri kak El dan berkata sambil berjalan ke arahku: “ayo fotokan aku dengan nona manis ini”, alhasil, hati ini terbang dan senyumpun mengembang. Seharian aku dibuat seperti orang kasmaran! Terima kasih pak Albertus Patty, senang sekali bertemu, mengobrol, dan diajak foto bersama (padahal memang sudah plan minta foto bareng).



Keikutsertaanku sebagai pandu tidak dapat dipungkiri juga hasil kebaikan beberapa pihak, maka kusempatkan juga menyebutnya di tulisan-yang-mirip-seperti-pengantar-skripsi-ini >,<.
Untuk para pendeta di GKI Residen Sudirman yang telah memberi support yang konkret, dan tim di sekolah yang harus kutinggalkan dengan penuh inval, terima kasih banyak dan maaf telah merepotkan.

Ada syukur tak terhingga atas satu episode hidup yang boleh bersinggungan dengan peristiwa sidang MPL PGI, yang mempertemukan seorang nona medok ini dengan beragam kawan dan berbagai pengalaman. Di tengah bermacam gesekan dan drama yang sesekali menguras hati, ditemukan terlebih banyak keceriaan dan rasa ‘seperjuangan’. Karena itu, janganlah heran jika ada perasaan yang terbawa dan mungkin sejenak melekat di Palopo, karena untuk durasi hampir penuh dua minggu ini, banyak cerita sudah ditorehkan. Maka.. mari mengizinkan diri kita masing-masing ada di fase kebaperan yang cukup hingga dapat mengabadikan memori dengan rapih tanpa menjadi terbuai euforia semata. Sah-sah saja harusnya untuk menjadi pandu yang baper. Iya, Baper. Bawa perasaan, boleh. Bawa perubahan, harus.
Sampai ketemu di Sumba!


Soli Deo Gloria!

You Might Also Like

0 komentar

wanna say something? ^^