worth a shot!
Diego : aku tidak punya rasa takut, apalagi ke airSid : justru rasa takutlah yang membedakan kita dengan batu. (sambil memegang sebuah batu kecil lalu melemparkan ke air), mereka tidak takut dan mereka tenggelam
Ini potongan percakapan favorit saya selama liburan, yang saya dapat dari film kartun Ice Age. Saya
tidak menyangka Sid bisa sebijak itu, di tengah kekonyolan tingkahnya.
Tapi yang jadi inti tulisan ini bukanlah Sid (entah dia
spesies apa sebenarnya), tapi perasaan yang dialami oleh Diego. Rasa takut.
Kita pasti punya rasa takut, setiap orang. Masalahnya adalah kadang kita lupa bahwa hidup adalah
perjalanan kita melawan rasa takut itu. Saya ingat sekali papa saya dengan
sangat bijak pernah berkata “lakukan apa
yang kamu takutkan, nanti kamu juga tahu, yang kamu takutkan itu bukan apa-apa”
Hari pertama 2014 membuat saya belajar hal yang serupa. Ajakan
kak Jannung, seorang kawan yang saya kenal dari jambore GKI, untuk join ke
pulau Menjangan mengawali cerita ini. Saya tanpa banyak berpikir langsung
meng-iya-kan. Masalah pertama adalah karena titik bertemu 11 orang ini adalah
di Banyuwangi, di jam 7 pagi. Saya berangkat dari Lumajang (dengan durasi
perjalanan sekitar 4-5 jam) yang artinya
harus berangkat sekitar jam 2 pagi. Jelas cemas, cewek sendirian naik bus umum
ekonomi di jam segitu. Tapi sama seperti Diego, saya memaksa diri untuk berani.
Walaupun melalui usaha meyakinkan sang mama dengan sedemikian.
Setibanya di Karang Ente, terminal bus Banyuwangi, jam
setengah 7, saya dijemput dan kami bergegas menuju Ketapang untuk menyebrangi
selat yang penuh lalu lalang kapal itu. Singkat cerita, kami sampai di
Menjangan sekitar jam setengah 11. Pulau yang tidak cantik, karena tidak ada
hamparan pasir putih favorit saya. Tapi memang tujuan kesana bukan untuk
berjemur atau bersantai di bibir pantai, namun justru terjun ke hamparan air
asin dan menikmati surga disana. Ini pertama kalinya saya snorkeling, jadi
jelas dimulai dengan panduan sang expert. Untungnya kemampuan renang saya yang
pas-pasan samasekali tidak mengganggu aktivitas yang membuat ketagihan ini. Awalnya
takut, karena kepanikan bisa tiba-tiba meningkat ketika di dalam air, sama
seperti saat ada di ketinggian. Tapi terlalu indah terumbu karang dan terlalu
lincah makhluk-makhluk air disana, sangat sayang untuk dilewatkan. Di tengah
keasyikan saya, yang sudah mulai terbiasa, sang guide mengajak untuk menikmati
bagian wall, atau garis perpindahan antara laut dangkal dan laut lepas. Untuk yang
tidak berpengalaman, jelas menakutkan karena sisi tersebut menjorok ke air
dengan kedalaman yang luar biasa. Tapi, dengan bantuan sang expert,
saya mencoba. Dan tidak menyesal sedikitpun. Sepertinya tidak ada keindahan
yang lebih dari itu yang pernah saya nikmati. Sunrise Bromo, seperti bukan
apa-apa. Saya jatuh cinta!! Andai saya cukup mahir menumpahkan keindahan
terumbu karang dan berbagai spesies ikan yang sangat fantastis disana melalui
kata-kata. Pencipta Semesta ini sungguh luar biasa.
Setelah beberapa jam menyusuri satu spot yang paling ramai
wisatawan di pulau itu, sang guide mengajak kami naik ke kapal dan berpindah
spot. Tidak ada bibir pantai sama sekali di spot kali ini. Artinya, kapal
berhenti di sekitar garis wall tersebut, dan kami menceburkan diri. Spot kali
ini benar-benar dalam, sehingga kami disarankan berpegangan pada pelampung. Awalnya
saya enggan, terlalu beresiko untuk yang tidak mahir renang. Untungnya untuk kesekian
kali saya mengingat bahwa rasa takut harus ditaklukan. Saya pakai kembali semua
perlengkapan snorkeling, yang sudah sempat saya lepas, lalu menceburkan diri. Keindahan
wall di spot pertama itu hanya setengah dari keindahan di spot yang baru ini. indah sekali.
Kami berkeliling memutari spot itu. Cukup jauh, melelahkan,
tapi sangat-sangat terbayar dengan keindahannya. Menemukan bintang laut warna
biru, berenang bersama ikan nemo, melihat berbagai spesies yang sepertinya
tidak pernah saya pelajari di kelas Biologi.
Kenikmatan harus berakhir, karena waktu yang terbatas. Empat
jam snorkeling di pulau Menjangan jadi pengalaman tak terlupakan. Hanya sempat
mengabadikan wajah saya sendiri dengan iPhone berbalut plastic (karena kamera
underwater rusak akibat sedikit kecerobohan), tapi tak apa, keindahan itu sudah
terekam baik di ingatan.
Kami kembali menuju daratan, dan sebelum kembali ke Gilimanuk
kami sempatkan mengisi perut dengan hidangan khas Bali: ayam betutu. Saya sangat
tidak toleran dengan rasa pedas, tapi sepertinya ayam betutu ini menggoda. Walaupun
lidah harus terbakar karena pedas yang menyengat, tapi ada rasa bangga dan puas
tersendiri.
Di ferry kembali ke ketapang, saya tidak bergabung dalam
obrolan bersama 10 orang yang lain. Saya menikmati pemandangan dengan D-SLR
Nikon yang sangat sulit saya pahami. Lalu terdiam dan menyadari, dua wishlist
saya tercoret hari ini. Pertama adalah nomor 24, makan makanan khas di tempat
asalnya. Sebenarnya saya sudah bisa mencoret ini saat makan pad Thai di
Bangkok, tapi saya ingin poin ini berupa kuliner Indonesia, selalu membayangkan
akan makan nasi padang di Sumatera atau Soto di Lamongan. Samasekali tidak
pernah terpikirkan, poin itu akan tercoret dengan rasa pedas ayam Betutu yang
saya nikmati di tanah dewata. Dan poin ke-43 yaitu snorkeling, yang terkabul
dengan begitu ajaib.
Dua poin yang terwujud samasekali tanpa rencana. Tuhan baik
sekali. Di hari pertama tahun 2014 sudah memperbolehkan saya mencoret dua poin
wishlist. He gives me more than I ever asked and answer my desire more than I
can thought :’)
Saya hanya membayangkan, jika malam itu saya menuruti rasa
takut untuk naik bus sendirian dini hari, menuruti rasa takut untuk terjun ke
bagian wall dan menuruti rasa takut akan rasa pedas, mungkin saya tidak akan
sebahagia ini. Lagi-lagi saya teringat akan Sid dari film Ice Age, “worth a shot!”
Ada banyak sekali hal
dalam hidup yang dapat membuat kita berkata dalam hati “layak untuk dicoba”
sedikit bisikan memberanikan diri, memulai petualangan dengan orang asing,
menikmati perjalanan dini hari, atau sekedar melawan kebencian akan rasa pedas.
Worth a Shot!
Rasa takut tidak
boleh menaklukan kita, itu membuat kita waspada bukan membuat kita kalah. Karena
pada dasarnya keberanian itu bukan ketiadaan rasa takut, tapi kemauan untuk
melawannya!
“Worth a Shot!”
11 komentar
miss, nanti ajarin aku menghias blogku jg yaa.. ak mau mulai belajar menulis.. :D
BalasHapusbeles deh.. pas nginep aja aku ntar aku warnain blogmu.. dgn ekor2 gajah kalau perlu :D
HapusBelum baca tapi aku udah mau protes dulu Dis, mana fotonya?
BalasHapusmasih di ponsel pintar bang.. sama di kamera-nya temenku.. jadi belum bisa pamer disini.. hehe
HapusI've Done twiiinn.. FIGHT MY FEAR! Inget kan aku setakut apa sama air dan kedalaman? aku ga bisa renang sama sekali, tapi aku pernah melakukannya, snorkeling di banyak titik di Karimujawa :')))
BalasHapusgimana bisa aku lupa km setakut itu sama air. apalagi pas mata pelajaran olah raga di sleokambang >,< haha
Hapusdan skrg uda berani snorkeling? ah keren :') sip twin.. tp emang worth it banget.. cihuuuuuy \m/
Walaupun belum ada fotonya aku coba baca juga akhirnya, sampai kelar malahan :D
BalasHapusDan omong-omong, salah satu temanku paling gila pernah bilang "Lelaki sejati memotret menggunakan mata, dengan hati sebagai kanvasnya." :-)
hihi akhirnya baca ya bang..
Hapusquote yg menarik, tapi terlalu sentimen gender :p harusnya berlaku untuk perempuan juga :D
Kebetulan dia nulis kutipan itu dlm sebuah artikel perjalanan yg emg laki banget. Pertengahan tahun kemarin dia berangkat dari Bima di NTB sana menuju Aceh utk menghadiri Indonesia Linux Conference. Gilanya dia naik motor, sendirian pula. Eh pas di Sabang dia baru sadar kameranya ketinggalan, jadilah kalimat itu dirangkai sbg obat utk kekecewaan.
Hapusoh jadi paham kalo gitu bang, penghiburan diri sendiri ya.. bijak juga.. gak akan muncul ya quote itu kalo kamera gak tertinggal.. hehe tapi beneran gila kali ya temenmu itu, naik motor NTB --> Aceh.. sangar \m/
HapusEmang gila dia itu! Tak ada org yg aku kenal yg lebih gila dari dia. Aku juga punya impian bisa keliling Indonesia lewat jalan darat, tapi ga pake motor. Bukan karena ga berani, tapi ga bisa naik motor :D
Hapuswanna say something? ^^