dengarkan dulu, jangan terburu-buru..
"Seorang lelaki mengetuk pintu rumah temannya, seorang Badui, untuk meminta pertolongan: bisakah kau meminjamkan padaku empat ribu dinar untuk membayar utang?
Temannya menyuruh istrinya mengumpulkan semua barang berharga mereka, tapi tetap saja jumlahnya tidak cukup. Mereka terpaksa pergi meminta-minta kepada para tetangga, sampai terkumpul jumlah yang dibutuhkan. Setelah orang itu pergi, si istri melihat suaminya menangis.
Kenapa engkau bersedih? Apakah engkau takut kita tidak akan sanggup membayar utang-utang kita kepada para tetangga?
Tidak, bukan itu. Aku menangis karena dia sahabatku yang kusayangi, tetapi aku tidak tahu-menahu tentang kesulitan-kesulitannya. Aku baru tahu setelah dia datang mengetuk pintu dan meminta pinjaman uang"
.......
Kutipan diatas diambil dari adegan dalam bagian akhir tulisan pengarang yg sedang membuat saya tergila-gila: Paulo Coelho.
Saya suka sekali bagian itu, karena dari sana tercerminkan ketulusan persahabatan. Tertunduk lesu bukan karena tak dapat menolong, tapi karena tak cukup peka untuk bertanya. Termakan asumsi bahwa "dia baik-baik saja karena dia masih bisa tertawa"
Kebiasaan buruk seorang kawan adalah sikap sok tahunya. Dia mengira tahu banyak, sehingga jarang bertanya. Lalu dia mengira akan baik jika dianggap berjasa tautu dengan menghujani kawannya yang susah dengan berbagai nasihat.
Sikap sok tahu yang akhirnya membuat dia terlambat tahu. Tragis!
Padahal, kadang yang dibutuhkan bukan kalimat "Tuhan pasti sediakan yang terbaik" atau "semua akan indah pada waktunya"
Buka saja alkitab, lalu kau bisa tahu.
Bahkan untuk sebagian orang tak setitik lagi ragu akan hal itu.
Bukan pula sekadar kata "semangat"
satu kata kadang ampuh, seringnya lumpuh.
Jadi wujud pelarian dari pencarian respons yang relevan.
Bukan juga nasihat "menurutku lebih baik ..." beri itu ketika diminta, sodorkan itu di waktu yang tepat, karena salah satu kebijaksanaan besar dalam persahabatan: tidak terburu-buru.
Biarkan sahabatmu datang, membanjirimu dengan keluhan. Berbanggalah, karena jika dia melakukan yang demikian, maka artinya kau sudah diperhitungkan.
Kau boleh memilih, tapi alangkah indah kau belajar berperan ganda. Kadang memaksa mereka bercerita hingga air mata tumpah. Kadang membiarkan mereka lupa sejenak akan masalah, lalu menikmati tawa yang renyah.
Lalu dengan sorot mata tulus antusias mendengarkan segala cerita, sinergikan tubuhmu membahasakan keyakinan: "whatever will appear in your life ahead, you know that I get your back. just come, sit a while and tell me everything you want. I'm here"
Hargailah setiap keluh kesah, atau luapan syukur yg bahkan menurutmu biasa saja. Berhati-hatilah akan responmu, karena dari satu kalimat benih kepercayaan dapat bertumbuh atau justru terbunuh.
0 komentar
wanna say something? ^^