apakah Kau membaca suratku?
dear Bayi Kudus
di manapun Kau berada
Santa dengan tumpukan hadiah bukan lagi penarik perhatianku, aku sudah besar! Gadis 22 tahun ini punya hobi baru: mengirim surat. Terkhusus setengah tahun belakangan. Sudahkah Kau membacanya? Aku menulis untuk-Mu, kadang dengan keyboard kadang dengan pena, kadang dengan syukur kebanyakan dengan gerutu. Aku tahu, aku tahu, orang bilang aku harus menyampaikannya lewat doa, sayangnya aku sudah lupa cara berdoa. Yang aku ingat adalah cara untuk menulis. Surat ini berarti harafiah, sebuah salinan susunan kata dariku menjelang lahir-Mu. ohya, sebagai peringatan saja, ini surat terakhirku, setidaknya tahun ini. Jadi jika aku menghilang beberapa waktu tidak menyapa-Mu, tolong ampuni.
Hal paling menyayat hati adalah bahwa di antara berbagai kerlap-kerlip, sejujurnya aku belum menemukan keteduhan khas peristiwa kelahiran-Mu. Seakan-akan ribuan tahun lalu Kau hadir di hotel mewah. Bukankah Kau lahir di kandang hina? eh atau aku salah membaca sejarah?
sang Bayi, sang Penguasa Bumi..
Aku ingin memberitahu-Mu, betapa datarnya persiapanku akan momen istimewa setahun sekali ini. Jangan tersinggung, Kau tetap Pujaanku. Maaf ya sang Bayi Kudus, aku tak bisa menjadi seperti aku yang dulu-dulu. Jangankan pelayanan, persekutuan-pun tidak aku nikmati. Jangankan proyek berbagi, HPDT ku saja sudah abai tertumpuk sangsi. Sepertinya seseorang sedang meminjam cinta mula-mulaku.
Sang Bayi, yang lahir juga dalam tangisan sama seperti aku.
Mungkin Engkau terlewat sibuk dengan berbagai christmas wish yang hadir dari seluruh penjuri bumi, Kau jadi melewatkan memperhatikan gerak-gerikku. Sekarang aku beritahu pada-Mu, belakangan aku kerap menepuk dada, bukan karena sedang susah bernafas. Aku menepuk dadaku untuk mengingatkan bahwa semua masih baik-baik saja. Apakah Kau setuju bahwa hidupku memang bukan bencana?
Aku tahu Kau merindukanku, tapi bukankah meriah penyambutan-Mu belakangan akan menutupi duka-Mu karena kehilanganku?
sang Bayi,
Bagaimana perasaanmu? Jutaan manusia dengan segala euforia menanti-Mu. Senangkah Engkau dengan pesta belakangan ini? Ornamen penuh ceria dan kemeriahan di setiap sudut kota. Kau begitu dicintai. Namun di sela itu, sebenarnya aku masih sedih. Beberapa orang masih meributkan apakah boleh mengucapkan selamat akan kelahiran-Mu kepada kami. Tapi ya sudahlah, itulah nikmat keberagaman khas bangsa tercinta.Hal paling menyayat hati adalah bahwa di antara berbagai kerlap-kerlip, sejujurnya aku belum menemukan keteduhan khas peristiwa kelahiran-Mu. Seakan-akan ribuan tahun lalu Kau hadir di hotel mewah. Bukankah Kau lahir di kandang hina? eh atau aku salah membaca sejarah?
sang Bayi, sang Penguasa Bumi..
Aku ingin memberitahu-Mu, betapa datarnya persiapanku akan momen istimewa setahun sekali ini. Jangan tersinggung, Kau tetap Pujaanku. Maaf ya sang Bayi Kudus, aku tak bisa menjadi seperti aku yang dulu-dulu. Jangankan pelayanan, persekutuan-pun tidak aku nikmati. Jangankan proyek berbagi, HPDT ku saja sudah abai tertumpuk sangsi. Sepertinya seseorang sedang meminjam cinta mula-mulaku.
Kalau Kau ada waktu, tolong buatkan aku sebongkah cinta awal yang baru.
Sang Bayi, yang lahir juga dalam tangisan sama seperti aku.
Mungkin Engkau terlewat sibuk dengan berbagai christmas wish yang hadir dari seluruh penjuri bumi, Kau jadi melewatkan memperhatikan gerak-gerikku. Sekarang aku beritahu pada-Mu, belakangan aku kerap menepuk dada, bukan karena sedang susah bernafas. Aku menepuk dadaku untuk mengingatkan bahwa semua masih baik-baik saja. Apakah Kau setuju bahwa hidupku memang bukan bencana?
Lain waktu, aku menepuk dadaku hanya sekedar merasakan detak jantung seorang manusia
yang hidupnya masih ada dalam kendali Pencipta. apakah Kau setuju bahwa aku masih ada dalam hitungan orang yang dipedulikan oleh Bapa?
ohya, aku penasaran. Bagaimana Kau melakukan seleksi atas jutaan wish manusia di akhir tahun ini? Permintaan seperti apa yang akan Kau kabulkan? Aku sungguh ingin tahu, karena aku punya satu permintaan sebenarnya. Tapi aku ragu, apakah permintaan ini akan lolos seleksi dari-Mu. Aku juga malu, dengan kado semacam apa aku harus membalas budi nantinya?
ohya, aku penasaran. Bagaimana Kau melakukan seleksi atas jutaan wish manusia di akhir tahun ini? Permintaan seperti apa yang akan Kau kabulkan? Aku sungguh ingin tahu, karena aku punya satu permintaan sebenarnya. Tapi aku ragu, apakah permintaan ini akan lolos seleksi dari-Mu. Aku juga malu, dengan kado semacam apa aku harus membalas budi nantinya?
Tolong beri aku bocoran, apa yang harus aku lakukan agar permintaanku dapat jadi kenyataan.
sang Bayi Mulia,
Tidakkah Kau pernah merasa kesepian?
atau merasa bahwa untuk mengatur dunia ini tugas yang terlalu berat?
pernah Kau iseng mempertanyakan sang Bapa?
kalau IYA, berarti kita sama!
Sang Bayi yang mengasihku,
Tidakkah Kau pernah merasa kesepian?
atau merasa bahwa untuk mengatur dunia ini tugas yang terlalu berat?
pernah Kau iseng mempertanyakan sang Bapa?
Sang Bayi yang mengasihku,
Terlalu banyak hal yang berjalan tak sesuai rencana dan terlalu sedikit kejutan yang menggembirakan.
Sudah tak banyak ingin yang tersisa. Hanya sedikit harap semoga natal ini tak terlewat begitu saja. Semoga tak berlalu tanpa arti. Mungkin tak limpah sukacita atau gema senandung riuh, yang aku perlu hanyalah rasa teduh menghayati betapa mengagumkan Kau meniadakan setiap keegoisan.
Sudah tak banyak ingin yang tersisa. Hanya sedikit harap semoga natal ini tak terlewat begitu saja. Semoga tak berlalu tanpa arti. Mungkin tak limpah sukacita atau gema senandung riuh, yang aku perlu hanyalah rasa teduh menghayati betapa mengagumkan Kau meniadakan setiap keegoisan.
sang Bayi, sahabatku.
tolong yakinlah, bahwa aku masih sangat mengasihi-Mu.
Jangan sedih karena aku tidak bisa memberikan penyambutan yang layak.
Sebagai sahabat-Mu, aku ingin memberitahu-Mu, dunia ini bukan tempat yang ramah.
aku tahu, Kau tidak akan kewalahan mengatasinya, tapi
sang Bayi,
Jika sudah ada waktu, balaslah surat ini. Aku menunggu
tolong yakinlah, bahwa aku masih sangat mengasihi-Mu.
Jangan sedih karena aku tidak bisa memberikan penyambutan yang layak.
Sebagai sahabat-Mu, aku ingin memberitahu-Mu, dunia ini bukan tempat yang ramah.
aku tahu, Kau tidak akan kewalahan mengatasinya, tapi
andai kata Kau berencana segera kembali ke surga, tolong tolong bawa aku juga :)
bagaimanapun KelahiranMu itu momen awal kesengsaraan-Mu yang penuh cinta,
tapi jika boleh aku yang egois ini meminta
bisakah momen itu justru jadi akhir dari kesengsaraanku yang penuh dosa?
sang Bayi,
Jika sudah ada waktu, balaslah surat ini. Aku menunggu
salam hangat,
pengagum-Mu,
Claudya Tio Elleossa
0 komentar
wanna say something? ^^