Sahabatku, aku jatuh cinta!
Aku dan riyan memulai pacaran sebelum akhirnya jadi sahabat karib. Malam ini ngerasain banget enaknya punya pacar multi peran. Dari kakak yang cerewet ingetin ini itu, partner seiman buat saling bahas Firman dan doa bareng, dan salah satu yang paling signifikan adalah sebagai sahabat.
Riyan gak terlalu suka kalo aku umbar masalah di publik khususnya sosial media, baginya itu akan buka kesempatan cowok lain untuk kasih perhatian yang berpotensi ganggu hubungan kami. Ke sahabat cewekpun demikian, dia ingatkan: "nanti saat sudah menikah dan muncul masalah, apakah kamu akan lebih cepat ngobrol dengan sahabatmu atau denganku?" Bagiku ini masuk akal, walaupun itu samasekali gak berarti kami tidak membutuhkan sahabat lain. Tanpa disuruhpun setelah menikmati persahabatan dengan pacar sendiri, sosial media jadi pilihan akhir untuk curcol. Tiap malem selalu ditanyain "gimana hari ini?" dan aku bisa cerita apapun, bener-bener APAPUN soal nano-nanonya hari tersebut. Belum lagi saat seperti malam ini, ada dua kejadian gak enak yang aku rasain dan aku cuma chat bilang "mas, aku ..." Sesegera itu telpon berdering, di layar hp lawasku nama riyan nongol dengan nada khawatir dan empati. Di laen waktu, saat harus menghadapi kegagalan, riyan sempatkan bilang ke aku "makasih sudah berusaha". Kalimat sederhana yang mengalihkan kesedihan pada sebuah kebesaran hati yang memulihkan.
Sahabatan ama pacar sendiri ataupun pacaran ama sahabat sendiri itu sama-sama enak, tapi catatannya adalah keduanya tidak serta-merta terjadi. Dua kepala dan dua latar belakang, artinya ada dua perbedaan yang besar harus dipertemukan. Mutlak butuh waktu. Awal-awal pacaran kami acap berantem karena beda gaya dalam definisi "sahabat yang baik". Bagiku itu berarti "mendengar banyak" dan bagi riyan itu sinonim dengan "memberi (saran) banyak". Lalu mana yang benar? Irisan keduanya, porsi takaran mendengar dan memberi saran yang seimbang, dengan bahasa dan timing yang tepat! Aku bersyukur riyan mengijinkanku memimpin untuk mengintisarikan pergolakan ini sebagai sebuah resolusi dan komitmen bagi kami berdua. Langsung berhasil? Ohhh jelas tidak! Tapi yg penting akhirnya ketekunan dan kasih menghasilkan buah manis. Menjadi saling membutuhkan, itu perasaan yang aman yang membahagiakan.
Saat ini aku menikmati hubungan yang sangat stabil, tanpa disadari melalui masa-masa sulit di awal karena penyesuaian karakter, lalu disusul dengan berbagai masalah keadaan (pekerjaanku ataupun pekerjaannya), itu semua menumbuhkan rasa sepenanggungan kami. Obrolan kami sehari-hari tak ubahnya dua sahabat karib. Dari perkara industry oil and gas, berita politik, postingan lucu 9gag, kisah masa kecil, hingga rahasia keluarga, bisa kami bagi.
Dan sangat nikmat memiliki hubungan dimana pertanyaan "gimana kamu hari ini?" menjadi sama mesranya dengan kalimat "Iloveyou" :)
-diketik sangat cepat dan penuh syukur seusai berpamit tidur-
0 komentar
wanna say something? ^^