Kisah Nenek dan Anting-antingnya
Suatu hari seorang nenek berusia 90 tahunan kehilangan salah satu dari anting-antingnya. Dibandingkan menyerah, sang nenek berdoa. Entah apa yang istimewa dari anting itu karena jika dilihat dari harga, maka sebenarnya tidak tergolong mahal. Jika dilihat dari rupa, juga bukan sesuatu yang sangat indah. Benar-benar sepasang anting biasa. Selama tiga hari nenek itu terus berdoa, walaupun keluarganya sudah pesimis dan merasa bahwa ini waktunya sang nenek untuk menyerah dan segera membeli anting-anting baru.
Nenek itu masih teguh berdoa. Di tengah siang usai mengucap 'amin' dari doanya, dia dengan tubuh yang masih bugar walau di usia senja mulai bergerak menyapu ruangannya yang ada di lantai dua. Balkon lantai dua turut ia sapu. Posisi balkon itu menjorok keluar hingga dari sana sang nenek bisa melihat taman yang berada di bawah. Masih dengan sapu kayu di tangan, dia mendapati ada yang aneh, sesuatu yang kecil dan mengkilap. Silau cahayanya terpantul dan membuat nenek ingat akan sesuatu: antingnya! Dengan segera sang nenek meminta tolong pembantu rumah tangga untuk memastikan benda apakah yang ada di tengah rerumputan itu.
Ternyata benar! Itu adalah anting-anting yang sempat hilang. Doanya selama tiga hari, terkabul.
Seorang wanita lanjut usia dengan keterbatasan penghilatan dapat menemukan anting-anting kecil dari jarak lantai dua menuju ke taman bawah, pasti ini bukanlah kebetulan. Ini justru sebuah pengabulan doa dari Tuhan.
Tapi pertanyaannya sekarang adalah.. kenapa Tuhan repot-repot mengabulkan doa seorang nenek perihal anting yang tak mahal itu?
Jawabannya adalah karena itulah Allah kita: Allah yang telah berjanji akan setia hingga masa putih rambut kita (Yesaya 46:4
Dengan kisah nyata soal nenek dan anting-antingnya itu mari kita tanyakan serius dalam hati:
Apa alasan yang cukup besar yang memperbolehkan kita untuk khawatir? Perkara apa yang terlampau ngeri hingga membuat kita punya alasan untuk takut? Keadaan sekacau apa yang membenarkan kita untuk ragu?
Jika perkara anting tak berharga Dia pedulikan, apakah iya perihal seserius masa depan akan Dia abaikan? Sekali-kalipun tidak.Jika doa dari seorang wanita tua yang ba tidak lagi dapat produktif melayani, Dia kabulkan. Masakkah Dia akan cuek atas doa kita yang masih dapat sangat produktif Dia pakai di ladangNya? Niscaya tidak!
----
*kisah ini diinspirasi kejadian nyata, yang sangat apik dibagikan oleh partner kerja saya: Mr. Lukas di renungan pagi para guru. Ini kedua kalinya saya memparafrase ceritanya yang selalu berkesan, setelah kisah LIDAH SEPERTI APA
*kisah ini diinspirasi kejadian nyata, yang sangat apik dibagikan oleh partner kerja saya: Mr. Lukas di renungan pagi para guru. Ini kedua kalinya saya memparafrase ceritanya yang selalu berkesan, setelah kisah LIDAH SEPERTI APA
Renungan ini bagi saya bukan sekedar memberkati namun sangat menghangatkan hati :)
0 komentar
wanna say something? ^^