Welcome to our website !

Tentang Sesuatu

Segalau apapun, pasti tetap tentang sesuatu, entah Tempat atau Teman, entah Pendapat atau Pengalaman.

FAQ Perjodohan Pertama

By Minggu, Maret 27, 2016 , , , , , , ,

Alkisah... Suatu hari seseorang lelaki tampan terjaga dari lelapnya. Dia sendirian memikul sebuah tanggung jawab yang besar. Sang Tuan-nya meminta dia untuk memberi nama pada segala hal yang ada di taman indah itu. Satu per satu. Baik kepada burung di udara, segala kawanan liar di hutan, tak luput bagi mereka yang menghiasi lautan. Di tengah keasyikan itu, dia termangu tanya "tidak adakah dari semua makhluk itu yang sepadan untuk menolongku?" Tak berselang lama, dia bertemu belahan jiwa sepanjang masa. Benar! Ini adalah kisah perjodohan pertama di muka bumi, antara Adam dan Hawa. Dari kejadian itu, muncul banyak sekali kekaguman sekaligus membawa pada pertanyaan umum di benak para manusia jutaan tahun setelahnya.
   

Pertanyaan 1 : "kenapa Allah membuat Adam tidur?"
Setelah tugas melelahkan, sang Adam dibiarkan tidur. Ini adalah sebuah kesengajaan besar dari yang Khalik untuk memulai rencana tulus-Nya terhadap manusia pertama itu. Allah sendiri yang berinisiatif untuk menciptakan seorang Hawa. Kata kuncinya adalah adalah: inisiatif.

Bagi kita, awalnya terlihat biasa saja toh semua manusia memang akan tidur setelah lelah bekerja. Namun mari kita perhatikan pernyataan ini: 'Allah membuatnya tidur'. Jelas ini merupakan kesengajaan mulia yang memulai proses pengambilan tulang rusuk hingga pertemuan sang Adam dan perempuannya.

Sebelum kita memikirkan siapa pasangan kita, sudah seharusnya kita menghayati bahwa setiap tahap kehidupan kita adalah anugerah yang dimulai dari rencana Allah yang membawa kebaikan. Dari aktivitas tidur, Allah menyediakan pasangan bagi Adam. Dari aktivitas pelayanan kuliah, Riyan dipertemukan dengan saya. Dari organisasi kampus, sejoli memulai kisah cinta. Ada banyak hal yang dapat menjadi titik mula kisah cinta. Jika Allah sudah berinisiatif maka kegiatan sederhanapun dapat diajadikan awal yang sempurna. Sebaliknya, seberapapun kita menebar pesona jika Allah belum merasa perlu untuk mengambil inisiatif, maka tindakan kita jadi sia-sia.



Pertanyaan 2a: "Kenapa perlu ada Hawa?"
Pertanyaan jenius! Pada dasarnya Allah merupakan penolong yang jauh lebih dari cukup bagi Adam. Bagaimana tidak, faktanya Dia adalah Pencipta. Tidak diperlukan manusia lain, Allah adalah pelengkap hidup yang terbaik.

Lantas apa arti skenario pengambilan satu tulang rusuk Adam tersebut? Dia yang adalah Pencipta Semesta menahan diri-Nya untuk tidak mengisi sebuah kekosongan dalam diri Adam -sebagai simbol dari semua laki-laki- dan mengijinkan ruang kosong itu hanya diisi oleh seorang dari tulang rusuknya. Kata kuncinya adalah "menahan diri".

Hawa diciptakan jelas untuk menjadi penolong bagi Adam. Hawa diciptakan juga sebagai manifestasi Allah yang sedang menahan diri-Nya. Fakta itu tidak henti menginspirasi saya untuk menjadi wanita yang dapat mengisi sisi kosong laki-laki yang memang adalah kesengajaan Allah sendiri. Pencipta yang segala Maha itu telah menahan diri-Nya untuk mengisi kekosongan Adam, Riyan, dan seluruh laki-laki di muka bumi ini. Pengenalan akan skenario agung tersebut agaknya menyadarkan kita bahwa sebenarnya tidak ada alasan manusia tidak menahan ego-nya untuk membentuk kesepadanan dan harmoni hubungan laki-laki dan perempuan. Mengalah penuh kasih, itu adalah teladan yang diajarkan Allah di taman Eden dalam skenario pasangan hidup. Pilihannya adalah kita mau meniru atau membantah?


Pertanyaan 2b : "Kenapa tidak menciptkan 'Adam' yang lain?"
Pertanyaan cerdas dan kritis! Jika hanya untuk menolong, kenapa Allah tidak ciptakan saja laki-laki lain?
Ini karena Allah bukan hanya sedang membuat hubungan pertemanan namun sebuah hubungan unik yang dapat merepresentasikan tentang Kristus dan Jemaat-Nya. Sebuah hubungan hierarkis penuh kasih dimana ada titik pertemuan akan penghormatan dan penundukan.


Pertanyaan 3 : "Bagaimana konsep jodoh Kristen?"
Setelah Adam bangun, tertulis peristiwa selanjutnya bahwa 'Allah membawa perempuan itu pada Adam'. Inilah konsep jodoh! Pendalaman soal ayat ini pertama kali saya dengar saat saya menguping di kelas pastoral pra-nikah. Bapak pendeta dengan suara berkharismanya menjelaskan bahwa detail menarik yang kadang terlupa adalah kenyataan bahwa Adam tidak berkeliling-keliling taman untuk menemukan Hawa, namun Allah sendiri yang membawa wanita itu ke hadapan Adam.

Disini mengingatkan kita bahwa jodoh adalah seseorang yang dibawa pada kita saat kita sendiri telah baik melakukan apa yang Dia perintahkan, seperti Adam yang usai melakukan tugas memberikan nama-nama makhluk di taman itu. Ketika kita fokus untuk hidup dalam ketaatan dan melayani Dia, dengan cara-Nya sendiri sosok yang kita butuhkan akan datang. Itulah jodoh!

Hal ini ditegaskan dengan beberapa kisah lain, salah satunya adalah kisah pertemuan Ribka dengan Ishak. Kala itu Ribka hanya melakukan tindakan sederhana yaitu melayani memberi minum unta milik Eliezer -abdi Abraham yang memang diperintahkan untuk mencarikan pasangan bagi Ishak. Dimulai dari tindakan sederhana penuh kerendahan hati melayani, Ribka memikat hati Eliezer hingga diapun dipinang sebagai menantu Abraham. Baik Adam dan Hawa, Ishak dan Ribka, Musa dan Zipora mengingatkan kita untuk lihai menafsirkan setiap momen sebagau kesempatan melayani Pencipta. Tidak perlu mata yang rajin melirik sana sini, cukup fokus melayani Dia lewat berbagai hal, maka jodohpun akan Dia tunjukkan di waktu yang tepat dan cara yang mengagumkan.

Pertanyaan 4: "Bagaimana Adam yakin bahwa Hawa adalah yang sepadan baginya?"
Jawaban pertama adalah karena tidak ada perempuan lain saat itu. Hahaha mari tertawa sejenak. Itulah yang berbeda ketika jumlah penduduk bumi menjadi milyaran orang, dimana godaan untuk membandingkan dan 'cari aja yang lain' lebih mudah dilakukan.

Saya telah membaca beberapa buku soal pasangan hidup, namun dari kelas pastoral pra-nikah itu saya mempelajari lagi pesona indah perjodohan pertama ini. "Sepadan" adalah sesuatu yang ada di ukuran Allah. Hampir mustahil kita mengetahui seseorang itu sepadan dengan kita atau tidak TANPA kita dekat dengan Allah. Sepadan merupakan wujud kesesuaian paling tinggi berdasarkan standar Allah.  Manusia menjalaninya dengan ketaatan dan iman berbalut pengharapan penuh kasih. Semoga secuplik percakapan malam saya dengan Riyan ini memberikan sedikit gambaran:
Adiss : kalau ada perempuan yang lebih terampil mencintaimu dan lebih sepadan dalam menolongmu, kamu boleh putusin aku.
Riyan : kalau gitu aku boleh dong cari yang lain, aku coba jalani untuk cari tahu.
Adiss : gak bisa, putuskan aku dulu baru silahkan cari yang lain
Riyan : lalu gimana aku tahu kalau belum menjalani?
Adiss : itulah iman! Saat kamu memulai pacaran denganku kamu juga tidak tahu persis apakah aku akan bisa menjadi penolongmu dan apakah kita sepadan. Kamu hanya yakin akan hal itu, lalu memulai denganku. Saat itu kamu sedang mempraktekan soal iman, pengharapan, dan kasih dalam waktu bersamaan.
Riyan : *senyum* itulah kenapa aku tidak pernah menyesal memilihmu.

Sebelum kita berkomitmen dalam hubungan kita masih boleh untuk menerka-nerka sosok seperti apa yang akan sepadan dengan kita, lewat mengenal Tuhan dan diri sendiri sebaik mungkin. Namun saat sudah dalam hubungan, terkaan itu sudah harus berganti menjadi pengakuan dan iman bahwa pasangan kita adalah yang PALING SEPADAN bukan karena perbandingan, namun karena iman dan pengharapan.





Dari satu kata 'sepadan', dimulai dari satu Oknum Berdaulat, bertempat di satu taman istimewa, skenario ini menghadirkan kekayaan yang luar bisa yang menyisakan kesimpulan: Allah adalah makcomblang terbaik sepanjang masa! Percayakan kisahmu pada-Nya! :)

You Might Also Like

0 komentar

wanna say something? ^^