[part 10 - 35days in Thailand] - the real Internship Program
Tentang magang ya, seharusnya ini jadi kisah paling panjang,
karena 5 hari dalam seminggu, dari jam 8 sampai jam 5, selama empat minggu
dihabiskan di wilayah Kedutaan Besar Republik Indonesia di Bangkok (KBRI
Bangkok). FYI, KBRI Bangkok salah satu KBRI terbesar. Di lahan yang sama, KBRI
Bangkok punya sekolah Indonesia-Bangkok, buat para diaspora Indonesia, dan juga
wisma yang tergolong gede. Ada beberapa atase dan fungsi, tapi untuk program
magang, tersedia lima pilihan: Fungsi Ekonomi, Atase Politik, Atase
Perdagangan, Atase Pendidikan dan Kebudayaan, dan Fungsi Penerangan Sosial
Budaya. Nah, karena kami berenam maka kami diharuskan rolling di setiap minggunya.
bagian luar KBRI |
Di minggu pertama, saya dan tsabitha berkesempatan ke
PenSosBud. Kantor paling cozy deh, penuh barang display budaya. Atasan kami:
Pak Gofar. Ada juga staff lokal (orang Thai) namanya Phi Namon, dan staff dari
Indonesia, Mas Aji. Mereka berdua itu khas banget, mas Aji kayak mas beruang
dan orangnya flat sekali, bikin gemes si anak-anak magang. Kalo phi (sebutan
‘kakak’) Namon, bahasa inggisnya agak lucu, tapi orangnya baik banget. Di
minggu ini, kami berdua awalnya sudah kebagian tugas buat manage pertemuan radio dan majalah Thailand buat wawancara sama pak
Lutfi Rauf (Duta Besar). Di minggu ini juga kami berkutat dengan Koran untuk
membuat laporan dwi-mingguan. karena fungsi penerangan, jadi kantor ini sangat
sering berurusan dengan media. Selain itu, yang paling seru ya, kami bantu
nyiapin acara Angklung Night, pergelaran seni besar yang diadain KBRI dan
mengundang orang-orang besar di Thailand. Sayangnya, acara itu berlangsung 12
Maret, dan kami sudah harus kembali ke ‘rumah’ tanggal 7 Maret-nya L
undangan angklung night |
ohya, saya merasa tidak kebetulan ada di fungsi ini di
minggu pertama, karena saya langsung kenal phi Namon yang akhirnya mengenalkan
saya ke gereja BIC (Bethany International Church) di Bangkok, yang notabene
melayani ibadah dalam bahasa Indonesia (dan Thai, dan English). Eh usut punya
usut, dia ikut gereja di situ karena phi Namon emang lagi ber-relationship sama orang Indonesia yang
udah lama tinggal di Bangkok. Orang Batak lhoo.. pas saya sadar, di kantor
PenSosBud gak ada diplay kain ulos, ya sontak kaget lah, nah kan bang Haris
(sekarang sudah jadi suaminya phi Namon) orang Batak, nah ternyata si abang dan
keluarganya ini emang uda lahir dan besar di Thailand, jadi jangankan ulos,
bahasa Batak-pun tak bisa tapi bahasa Thailand lancar. Akhirnya, ulos dari Bang
Riswan –atas seijinnya- saya serahkan ke kantor PenSosBud, ya cara sederhana
melestarikan budaya bangsa, walaupun bukan suku saya sih ^^
buku yang mengisi waktu luang |
Di minggu kedua, saya di fungsi ekonomi, bareng si Putri.
Kata Putri, nganggur banget di kantor ini, mana tempat meja kami ada di sejenis
gudang -_- bukan di ruang utama. Ternyata, gak nganggur juga, saya dan putri ditugaskan
menuliskan beberapa dokumen, dan membuat beberapa review. Kalo uda nganggur ya,
di fungsi ini jadi krik krik banget, si putri watsapp’an mulu sama si Aris, cowoknya, nah
saya? Hanya bisa bermain onet >,< yang berkesan karena saya bisa ikut
sidang UNESCAP dan seminar kementerian luar negeri di IDIS (Institute of Diplomacy and International Study), yang menghadirkan orang penting kedua di kementerian luar negeri Thailand. Dua momen penuh
ilmu deh pokoknya. Di kantor fungsi ekonomi ada pak Wasana, lulusan Unair, jadi
ya semacam nostalgia, beliaunya cerita-cerita. Yang berkesan dari beliau,
selain traktirannya, adalah pesan sederhana favorit saya: “kalau nikah sama
anak teknik aja” dan satu lagi, quote-nya: “usia 20an itu adalah usia ketika
dunia terlihat begitu misterius”
Di minggu ketiga, saya berpindah ke atase perdagangan.
Menurut Bella dan Tsabitha yang sebelumnya disini, ini kantor paling hectic,
dan ternyata itu benar. Hectic banget, telpon berdering tiap waktu. Di kantor
di temani dua staff, satu mbak Merry orang salatiga, dan phi Prim, orang Thai.
Dua-duanya seru abis, enak sekali diajak ngobrol. Ohya, ada bu Ida sebagai ibu
Atase, orangnya tegas sekali, belajar banyak dari beliau. Selama di kantor ini,
saya ditugaskan membantu membantu menjawab email perusahaan Thailand yang mau
berbisnis dengan Indonesia. Misalnya tentang prosedur ekspor pelumas, perihal
SNI, dan prosedur ekspor kaolin yang ditanyakan beberapa perusahaan Thailand.
Ya cukup sibuk, tapi benar-benar belajar banyak.
meja saya di atase perdagangan |
Sebelum pulang ke Indonesia,
bu Ida sempat mengajak kami makan malam eksklusif di Bayoke, titik tertinggi di
Bangkok, lantai 89. Makan puas malam itu, karena bertipe all you can eat.
Benar-benar ALL, dari sushi, pasta, chicken wine (pake wine asli di bumbunya,
teman muslim tidak ikut mencicipi. Ini sulit ditemukan di Surabaya, akhirnya
bisa coba!!), dan banyak menu dengan porsi semaunya. Yang berkesan dari makan
malam ini adalah lima mas-mas yang nari dan nyanyi pake peralatan dapur, yang
so entertaining! Setelah makan, kami bersama bu Ida, mbak Merry, dan phi Prim
naik dan menikmati Bangkok dari atas, terasa mimpi menikmati ini :’) phi Prim
juga sempat membuat kami have fun maen bowling di Siam Paragon. Kalo mbak
Merry, ngajak gowes puter-puter taman, tapi saya gak ikut karena itu hari
minggu dan tidak mungkin melewatkan ibadah ^^
bowling - Siam Paragon |
phi Prim dan kami ber-6 |
Minggu terakhir, saya di atase pendidikan. lagi-lagi, kata
temen-temen di atase ini nganggur pake banget, tapi untungnya saat saya disana,
tidak demikian. Tugas yang saya lakukan, me-manage kunjungan beberapa
universitas baik ke KBRI dan ke universitas di Thailand. Satu yang tidak saya
duga adalah, saya kedapatan mempersiapkan acara Camp Tech, acaranya ITS yang
berurusan dengan beberapa universitas besar Thailand. Ah, sepertinya saya emang
berjodoh sama anak teknik :) (ngarep total). Hehe ohya, di atase ini ada pak
Yunardi yang punya suara sungguh-sungguh berwibawa, dan sangat baik! Ada juga
phi Meg, pak Darmanto, dan Mrs.Supit. cukup hectic di minggu itu, ‘nganggur’
sama sekali tidak ada, dan itulah yang saya cari. Udah jauh-jauh kesini, jangan
sampai di kantor cuma duduk-duduk aja kan? ^^
thainichi institute, bersama pak Dubes |
Selain kegiatan di kantor-kantor itu, pak Suargana, yang
begitu baik juga membuat kami belajar tentang prosedur ke-konsuler-an J
Kami juga sempat diajak ke Thai-Nichi Institute bersama
Bapak Duta Besar, Lutfi Rauf. Ini institute teknik, kerja sama Thailand-Jepang.
Ah lagi-lagi merasa begitu berjodoh dengan anak teknik ^^ bahkan saat di negeri
orangpun diijinkan mampir kampus-nya anak teknik
tarian Thailand dan Jepang - Thai-Nichi Institute |
3 komentar
Haloo saya tamara
BalasHapustanya dong, magang di kbri itu untuk semua fakultas atau tidak? thanks :)
Syaloom..
BalasHapusPerkenalkan nama saya Dave. Saya adalah mahasiswa jurusan international business administration di Unsrat. Kebetulan saya juga ingin magang di KBRI. Pas search di google, muncullah blog mbak ini.. saya jadi sangat tertarik untuk bisa magang di KBRI Thailand, dan kalau bole tahu, apakah KBRI Thailand masih menerima mahasiswa magang? Kalau ia, bagaimana prosedur dan kemana saya harus melamar?
Jika memungkinkan, tolong informasikan kepada saya di dave.lie19@gmail.com
Terima kasih atas perhatian dan informasinya.. God bless
Halo. kenalkan saya Anto.
BalasHapussaya mau nanya, kalau magang di Bangkok, apa tempat tinggalnya ditanggung sendiri atau disediakan oleh pihak KBRI?
wanna say something? ^^