good luck Terry!
bagaimana perasaanmu jika seorang di sekitarmu mendapatkan hal baik, lalu mengabarimu. ikut senang bukan? entah itu keluarga, ataupun teman. tapi kabar gembira sebenarnya menjadi jauh lebih manis ketika kita tahu bagaimana perjuangan yang ada di balik pencapaian tersebut.
misalkan, temen SMP saya Reni. dia pengen banget masuk salah satu SMA terkenal di kota lain. saya jadi saksi mata bagaimana dia belajar untuk tes masuk SMA tersebut, bahkan di hari-H tes, saya ikut ke kota itu buat nemenin dia, ya sembari berharap itu bisa buat teman dekat saya itu makin semangat. pengumuman baru keluar sekitar 1 bulan setelahnya. dan saya menunggu pengumuman itu seakan saya adalah peserta tes-nya. kabar gembira pun datang, dia diterima!! rasanya happy sekali. bukan pencapaian saya, tapi karena saya tahu bagaimana dia menginginkan hal itu, dan bagaimana dia berjuang untuk hal itu, kemenangannya menjadi hal yang manis juga buat saya.
hal semacam itu terjadi beberapa kali, tapi hari senin lalu rasa bahagia semacam itu kembali muncul dengan warna yang berbeda. tidak lagi tentang teman atau saudara, tapi dari murid saya.
ceritanya begini..
saat saya part time sebagai guru (di sekolah yang sama, selama 3 bulan) ada siswa saya yang mengikuti sebuah tes beasiswa sekolah di Singapore.
penantian hasil pun berjalan. dari tiga siswa saya, ada satu orang yang benar-benar menginginkan beasiswa itu, dia belajar ekstra dibandingkan lainnya.
hari pengumumanpun tiba, dan saya mem-bbm dia sekitar jam 7 malam untuk menanyakan hasilnya, sembari berharap hasil terbaik yang muncul di layar smartphone saya.
ternyata, cerita lain yang terjadi. dua temannya sudah dihubungi bahwa mereka di terima, tapi sampai jam tujuh malam dia justru tidak mendengar hasil yang dia harap-harapkan. lalu ditengah keputusasaan penantian itu, dia tiba-tiba bercerita bahwa hal demikian sering terjadi. dia kalah dengan temannya yang level usahanya tidak sekeras dia.
kadang hidup tidak adil, sepertinya begitu kesimpulannya.
saya berusaha menghibur dia, disaat yang sama saya merasa marah untuk sejenak, entah kepada siapa. sampai malam itu saya men-tweet beberapa ekspresi ketidakterimaan saya tentang ketidakadilan hidup semacam itu.
jam 9 obrolan kami berhenti. itu batas malam saya untuk chat dengan murid saya.
sejam kemudian, dering HP saya berbunyi dan mengetahui bahwa sebuah chat masuk, dan tidak lain dari siswa yang sama. isinya? "miss akhirnya aku ditelpon. hahaha"
saya ingat sekali. itu kalimat bahagia yang samasekali tidak jelas. tapi tawa-nya mengarahkan saya pada satu kesimpulan bahwa itu tentang beasiswanya.
dia diterima!! semacam save the best for the last. jam 10 malam, untuk sebuah telpon formal itu agak mustahil. entah kenapa selarut itu, tapi siapa yang peduli, kabar gembira tetaplah kabar gembira, jam berapapun tiba-nya, tidak berubah!
saya lega bercampur bangga, karena hidup (masih) adil, karena dia berhasil, dan karena saya diikutkan perjuangannya walaupun hanya secuil.
itu terjadi bulan Juni 2012. kabar itu jelas membuat anak tsb tidak berstatus siswa Gloria lagi di tahun ajaran berikutnya. kamipun lama tidak bertemu, sampai senin kemarin dia datang kembali ke sekolah. berpamitan kepada guru-guru karena keesokan harinya dia akan berangkat. tidak disangka, dia menghampiri meja saya, dan kami menyempatkan mengingat percakapan kami malam itu. kamipun tersenyum kecil.
jika dihitung saya hanya mengajar dia tiga bulan, itupun sebagai seorang part timer. tapi saya bersyukur sekali, tiga bulan dengan anak tersebut tidak berlalu tanpa cerita.
:) selamat berjuang di negeri orang Terry. God bless you!
*setelah menulis ini, saya menyimpulkan satu hal. mungkin inilah yang membuat profesi guru, walaupun gajinya (dianggap) kecil, tapi lebih bahagia dan awet muda. melihat siswa-siswa yang diajar meraih 'sesuatu' di hari depannya, adakah kabar yang lebih indah? berapakah kompensasi uang yang bisa menandingi rasa bangga?
1 komentar
Asekkk :b
BalasHapuswanna say something? ^^