Pemuda dan Pahlawan
Sebenarnya siapa
itu pemuda? Dan siapa mereka yang layak dikatakan sebagai pahlawan?
Film lawas
berjudul GIE membantu memecahkah pergumulan nasionalis saya malam ini. Mungkin
cerita ini bisa dimulai dengan quote indah dari toko Soe Hok Gie tersebut
“lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan”
Dan sembari saya
mengetik ini, saya jadi ragu untuk melanjutkannya. Mengingat tulisan saya
sebelumnya tentang upacara. Saya sudah menjadi orang munafik saat itu, demi
tidak ‘diasingkan.’ Pertanyaannya, lantas apa saya layak membicarakan hal ini
lebih jauh?
Biarlah. Mari
menjadi sedikit bebal dan fasik, menasihati bahkan ketika saya sendiri tidak
mampu melakukannya. Bukankah itu teladan dari para petinggi negara kita?
Kembali ke
bahasan utama. Membicarakan pemuda, sudah bukan jamannya lagi mengkonotasikannya
sebagai penggolongan usia. Pemuda nyatanya bukan batasan angka kaku di kertas,
itu pendapat saya. Pemuda itu tentang jiwa, acap kali terdengar demikian.
Pertanyaannya, jiwa seperti apa? Jiwa pengecut yang bahkan terkalahkan dengan
budaya titip absen di kampus? Atau jiwa plagiat yang hobby comot pasang
(co-pas) tulisan orang? Atau jiwa yang bermain aman, asal tidak dibenci,
cukuplah. Atau justru seorang pencaci sejati, bukan untuk perbaikan hanya agar
dikenal sebagai seorang muda yang kritis? Atau jiwa yang ditemukan membisu,
menjadi secuil diantara yang terlupakan, tapi berjuang untuk yang mereka
inginkan?
Seperti tulisan
mainstream lainnya, yang terakhir adalah yang paling benar. Itulah pemuda.
Mereka yang mau berjuang tanpa terlalu meributkan apa definisi perjuangan itu
sendiri dan tau dengan pasti mengapa mereka berjuang. Pemuda bukan anak-anak yang tau berjuang, tapi tidak tahu alasannya. terkurung pada 'amanah agung' orang tua. Pemuda bukan pula lansia, yang tahu hal yang patut diperjuangkan tapi tidak punya lagi asa dan daya untuk melakukannya. Pemuda adalah pemuda, penuh energi, bergerak sesuai visi. seharusnya demikian.
Itu saja semangat pemuda
tahun 1928 dulu, yang pada tanggal 28 Oktober berpuncak pada satu ikrar mulia
di tanah subur ini. Mereka tau bahwa negeri ini terlalu beragam dan rawan
perpecahan. Dan mereka bukan hanya tau tapi juga mau. Itu intinya pemuda.
Mereka tidak diam berpangku tangan, pun tidak hanya memberikan kritik-kritik
tanpa penyelesaian. Mereka berupaya sedapat mereka, dan disaat yang sama mereka
sudah mendapatkan gelar pahlawan.
Pemuda adalah
jiwa dengan semangat memperjuangkan apa yang mereka diyakini. Untuk dirinya
sendiri. terangkum dalam satu kata: BERJUANG. Sedangkan pahlawan, mendasarkan
perjuangannya untuk orang lain, untuk banyak orang lain, hingga tak jarang lupa
memikirkan dirinya sendiri. Bisa diringkas pula dalam satu kata: BERKORBAN.
Pahlawan bukan hanya yang mau MATI untuk negeri ini, tapi juga yang mau HIDUP dan mengabdi untuk bangsa ini, bahkan ketika orang-orang lupa berterimakasih atas keringatnya.
Banyak orang yang
layak dikatakan sebagai pemuda. Tapi siapa dapat menemukan pahlawan hari-hari
ini?
Setidaknya
marilah benar-benar menjadi pemuda. Perjuangan mimpimu, passionmu, idealismemu,
dan terlebih imanmu! :) dan di sela-sela itu semua, mari sedikit berharap
keajaiban, ada semangat pahlawan yang mampir dan hidup dalam jiwa kita.
Selamat Hari
Sumpah Pemuda, hai (calon) Pahlawan. Dan selamat Hari Pahlawan, hai para
Pemuda!
2 komentar
Kalau terbit di Kompasiana, pasti sudah masuk headline nih artikelnya.
BalasHapushihihi
Hapuspertama, saya rasa gak segitunya oke-nya bang tulisan ini sampe jd headline. kedua, saya gak ada akun di kompasiana :p
wanna say something? ^^