Narasi dari DUA sisi
Maret 2012. Pertemuan ITS dan Unair
Pertemuan perdana kami terjadi di Jombang, di rumah seorang dokter lulusan Unair yang juga aktif di persekutuan (dr. Leo Suisan). Waktu itu momennya adalah saling mengenalkan pengurus pusat persekutuan Unair dan ITS. Kami semobil di perjalanan pulang ke Surabaya, teman-teman kami entah dengan alasan apa terus menggoda dan menjodohkan kami berdua. Hal itu berlalu tanpa suara selain hanya perkenalan di sosial media. Berbulan-bulan kami menjadi hanya sekedar mengenal tanpa menjadi teman. (RY & cte)
September 2012. Ulang tahun
Di awal bulan aku dengan patuh nan lugu menuruti perintah seorang teman ITS (Beethoven) untuk mengucapkan selamat ulang tahun personal ke Riyan. Dia bahkan mengirimkan nomor Riyan lewat direct message twitter. Sms ucapanpun terkirim dan sejak saat itu kami terus saling bercakap lewat sms. Akulah yang memulai keakraban ini, sebuah sms yang tidak pernah aku sesali. (cte)
---
Di siang hari tepat di hari ulang tahunku, sebuah sms muncul dari nomor yang tidak tercatat di buku telepon. Seperti banyak sms lain, itu berisi ucapan selamat ulang tahun sambil ditambah kalimat doa singkat. Dengan penasaran aku membalas hormat berterimakasih sambil bertanya memastikan siapakah gerangan di balik nomor itu. Ternyata dia adalah Adiss anak Unair, seorang kenalan yang aku temui di Jombang beberapa bulan lalu. Terkaget juga dari mana dia mendapatkan nomorku, namun enggan lebih lanjut bertanya karena yang jelas saat itu aku sedikit berbesar hati karena dia muncul di hari pertama usia 22 tahunku. (RY)
Oktober 2012. Goodbye Papa
Papaku meninggal. Di saat itu aku melihat Riyan menjadi sosok yang meluangkan waktu untuk menghiburku. Masa kelam adalah penguji ampuh tentang kualitas seorang rekan. Riyan mendapatkan poin tambah kala itu. (cte)
Desember 2012. Natal pertama Kami
Setelah keakraban yang cukup, muncul sebuah rasa ingin mengenal adiss lebih lagi. Malam itu aku mantab untuk menyatakannya, walau memang masih bercampur rasa malu serta bingung menyusun percakapan. Adiss adalah seorang perempuan yang aku kira dapat menjadi penolong yang sepadan untukku. Hari itu aku bertekad jujur tanpa perlu terburu memulai hubungan. Bagiku, membiarkan perempuan tahu perasaanku akan membantuku menentukan sikap-sikapku ke depan sekaligus membuktikan bahwa aku seorang laki-laki yang dimandatkan menjadi inisiator dalam hubungan. Akhirnya dengan begitu jujur di sela obrolan aku mengakui ketertarikanku padanya. Malam itu aku sangat senang melihat responnya yang berterimakasih dengan tulus atas perasaan, keberanian, dan kejujuran dariku. Aku merasa memilih wanita yang tepat saat dia mengajakku menutup malam itu dengan tunduk doa bersama. Dengan jujur dia mengakui bahwa dia heran kenapa aku tertarik dalam selang waktu hanya tiga bulan setelah kami intens berkomunikasi. Terburu, mungkin itu kesannya terhadapku. (RY)
---
Terkejut adalah perasaan pertamaku, lalu disusul dengan rasa tersanjung membaca pengakuan darinya. Laki-laki yang sangat lugu, dia bahkan kebingungan sendiri menata kalimatnya. Mengingat itu membuatku tersenyum geli saat ini. Bagaimanapun itu terjadi hanya tiga bulan setelah kami intens berkomunikasi, bagiku ini sangat terburu. Namun aku belajar menghargai keberanian semacam itu dan menyerahkan ke Sutradara hidup. Toh waktu juga akan membuktikan dan memurnikan. (cte)
Januari 2013.
Masih teringat jelas aku seperti orang bodoh dengan langkah mondar mandir lalu naik-turun tangga di rumahku, hanya untuk memantabkan hati dan menata kalimat di telepon perdanaku itu. Setelah niat yang kembang kempis, aku putuskan menelepon. Setidaknya aku dapat melepasnya sebelum pergi ke negeri orang selama satu bulan. (RY)
Maret 2013.
Ini bulan dimana aku mulai meragukan Riyan. Aku melihat bahwa perasaannya (mungkin) sudah pergi begitu saja. Dia disibukan dengan wisuda dan mencari kerja. Bahkan oleh-olehku dari Thailand yang aku harap membuatnya berinisiatif menemuiku tatap muka, hanya terbentur dengan kecuekannya. Menyebalkan! (cte)
April-Mei 2013. Hilang Kontak
Rasaku masih sama, tapi adiss tidak ada suara. (RY)
Dia berkata suka, tapi kini hilang begitu saja. Apa maksudnya? (cte)
Juli 2013. Thanks to facebook
Ulang tahunnya adalah momen kami kembali bercengkrama. Aku menyiapkan satu kejutan kecil untuk adiss di hari istimewanya itu, Satu-satunya jalan adalah mengirimkan lewat Facebook. Rasa senangnya tidak dia tutupi sama sekali, padahal pemberianku sangatlah sederhana. Menggembirakan juga merasa berhasil menunjukkan keistimewaan khusus padanya. Tidak lupa aku menanyakan nomornya lewat jendela chat facebook dan menjelaskan kenapa aku sempat menghilang. Melawan gengsi, aku mengakui di dua bulan itu aku mencarinya. (RY)
---
Dia melakukan hal simple di ulang tahunku dan membuatku terpesona. Mulai saat itu kami kembali intens berkomunikasi dan terungkap bahwa dia menghilang karena telepon genggamnya sudah tutup usia dan nomorku turut lenyap. Senyum lebar terutas karena tahu ternyata dia mencariku juga. Aaaaahh (cte)
Desember 2013. Natal kedua kami
FINALLY, dia mengajakku keluar. Di liburan Natal, dia pulang kampung ke Surabaya dan menyempatkan bertemu berdua denganku. Ini pertemuan personal kami yang pertama, tepat satu tahun setelah dia mengungkapkan perasaannya. Sebuah tahapan yang pelan namun pasti. Syukur tiada henti aku haturkan. Dari sini aku melihat kualitas pria, dimana tidak melakukan yang terlalu banyak bagi seorang perempuan sebelum memantabkan hatinya sendiri. Tidak membiarkan seorang perempuan salah tafsir akan niatan sang lelaki. Aku tahu dia grogi saat itu, sampai dia meninggalkan jaketnya di kursi restoran saat kami beranjak pergi. Selagi bertemu aku tidak lupa bertanya: “Bagaimana perasaanmu setahun lalu? Masih samakah?” (cte)
---
Sore itu aku sempat nyasar saat menjemputnya. Dia datang dengan membawa helm keroppi di tangan. “Anak ini benar-benar penyuka kodok hijau rupanya,” begitu bisikku dalam angan yang segera terpecahkan dengan sapaan “halo Riyan” darinya. Kami bersalaman, seakan baru kenal. Gadis berbalut pakaian hitam itu menunjukkan grogi yang tidak biasa. Menggelikan juga jika mengingat dia salah tingkah terhadap sebuah cherry merah di gelas minumannya. Di sela mengunyah makanan Italia dan di hadapan gadis yang aku doakan selama satu tahun itu, aku semakin memantabkan hati. Aku meminta ijin untuk menjalin komunikasi lebih intens dengannya, yaitu beralih dari komunikasi teks menuju ke telepon. Lalu aku tidak lupa menjawab pertanyaan lembutnya, dengan senyum aku menanggapi “iya, perasaanku setahun lalu itu masih sama.” (RY)
17 April 2014. Hari Eksekusi
Aku berkutat berhari-hari dengan sebuah buku pop-art. Kurang kece bagiku untuk menyatakan rasa tanpa menunjukkan usaha ekstra. Di tengah kesibukan aku belajar membuat pop-art 3D dan aku harap dapat menjadi peluru jitu mencuri kata IYA darinya. Dengan senyum berpadu nervous aku menyusun halaman per halaman. Buku itu bersampul gambar planet bumi, tempat kami bertemu (begitu pula milyaran pasangan lain. Haha) Kian hari kemantaban bertambah. Kualitasnya sebagai wanita yang aku tangkap di empat bulan ini, meneguhkanku untuk berhenti mencari yang lain. Sudah waktunya aku memulai menjalin hubungan. Jika diterima, maka saat ibadah Jumat Agung keesokan harinya, aku sudah dapat menyebutnya sebagai kekasih di hadapan Tuhanku di gereja. Oke, ini hari yang tepat! Skenario yang sempurna! (RY)
---
Nonton dan makan, aku kira hanya itu isi hari Kamis malam kami setahun lalu. Tidak disangka, dia yang saat itu berkaos biru dengan raut aneh mengumpulkan keberanian untuk menunjukkan sebuah buku. Dia memberiku waktu membaca. Disana tertulis tentang kasih, tantangan, altar gereja, dan sebuah rumah. Tanpa banyak bicara, dia menanyakan kesediaanku menjadi pasangannya. Sejujurnya aku berharap akan ditembak keesokan harinya, tepat setelah ibadah Jumat Agung selesai. Bangku gereja merupakan satu tempat idaman aku memulai sebuah hubungan. Laki-lakiku punya rencana yang berbeda mungkin. Kualitasnya sebagai laki-laki yang aku tangkap di empat bulan ini, meneguhkanku untuk berhenti menunggu yang lain. Buku astronot (begitu kami menamainya) itu siaga mengetuk kemantabanku. Jerih lelahnya terbayar dengan anggukan kepala penuh senyuman. Kami mulai pacaran! Yeaaay. (cte)
18 April 2014 (Jumat Agung). Doa
Bisikku adalah: “Terimakasih telah mati bagiku. Dan terimakasih atas orang disampingku yang kini adalah pasanganku. Tolong jagai kami, Tuhan. Ajari kami kasih-Mu” (RY & cte)
0 komentar
wanna say something? ^^