my own fortune cookies
32 orang berangkat. bukan jumlah sedikit walau untuk ukuran "liburan bersama"
perjalanan menuju jepara dari surabaya di mulai malam hari. perjalanan sekitar 6 jam sebelum sampai ke pelabuhan kartini. sedikit mengecewakan sebenarnya, ketika melihat bagaimana banyak wisatawan berminat terhadap karimun jawa namun fasilitas di pelabuhan sangat jauh dr kata memuaskan.
baik pelayanan petugas, kerapian lahan parkir, bahkan fasilitas toilet umum.
perjalanan dilanjutkan dengan kapal lambat (dengan harga tiket: 42000), sekitar 4 jam perjalanan laut. mual sempat mampir, baik akibat asap rokok ataupun gelombang laut.
sesampainya disana, kami naik bison menuju homestay. tidak ada yg khas dari tempat bermalam selama empat hari itu, kecuali air putih. aroma laut dan sengir asin sejumput ada di setiap teguk air putih yg kami konsumsi.
tapi jangan khawatir, banyak kelontongan yg menjual air mineral untuk para wisatawan yg memang tidak bisa kompromi dgn air putih yg "unik" itu >,<
hari pertama kami sampai sekitar jam 2 siang. bergegas mandi dan tanpa membuang waktu beberapa kami yg masih memiliki cadangan energi berjalan kaki menuju dermaga besar, tepatnya menjelang matahari terbenam.
semburat oranye tertangkap sempurna oleh air laut, dan oleh setiap mata yg memandang.
nyatanya sore itu saya menemukan keindahan yg melampaui semburat cahaya kala senja: Fatimah dan Soleha.
dua gadis cilik yg malu-malu mendekati kami. dan saya sambut dengan tawaran meminjamkan kacamata serta topi saya untuk mereka pakai. keakraban berlanjut. kami bermain, bernyanyi, dan menari bersama. iya, saya MENARI. walau hanya berputar ala penari balet, itu bukan hal mudah bagi orang usia 21. dan hanya rasa bahagia yg nyata berbinar di mata saya sore itu.
sepertinya jepretan sahabat saya, helen, lebih bisa berbicara dari rangkaian kata saya tentang sore bahagia di dermaga.
petualangan dimulai. esok paginya kami beranjak ke dermaga karena kami akan menyebrang menuju pulau-pulau di sekitar Karimun Jawa besar. (sejujurnya, saya tidak ingat persis urutan nama pulau yg saya kunjungi. maaf). dalam satu hari kami berhenti di tiga spot snorkeling. tapi tidak ada satupun spot yg benar-benar mengesankan. jadi lagi-lagi tak akan banyak cerita soal ini.
di perahu yg saya naiki, ada pak sabar. dia menjadi teman ngobrol yg menambahkan kepingan pengetahuan pada otak kecil saya. tentang tradisi lomban di hari ketujuh sawal dan dengan senyum menjawab penasaran konyol saya "pak kalau ada yg butuh operasi caesar gimana ya?"
hampir terlewat, ada nama lain yg juga mencuri hati saya di pulau itu. di hari kedua saya dan helen berencana menikmati sunrise di sebuah pantai, yg dikenal dengan nama: nirwana. akhirnya, semalam sebelumnya kami harus mencari rental sepeda motor. dan kami temukanlah rental motor "jojo"
dengan harga 50rb untuk setengah hari.
owner rental ini, membiar kami mengambil sendiri motor di parkirannya saat hendak menuju nirwana di jam subuh. MENGAMBIL SENDIRI, dengan kondisi kunci yg bergelantung. itu sukar kami cerna, tapi akhirnya membuat saya mengagumi etos saling percaya di masyarakat sana.
dan bagian terakhir yg cukup layak dibagi adalah: tongseng. jika anda mengunjungi karimun jawa jangan sampai lupa menikmati cumi tongseng di alun-alun. harganya bervariasi, tergantung ukuran. tapi rasa dijamin nikmat dan bikin rindu :)
di hari kepulangan, ada sesuatu yg membuat perjalanan ini ditutup dgn rasa miris.
pagi-pagi buta kami sudah sampai di dermaga. titik-titik gerimis menemani durasi penantian keberangkatan kapal. kamu menunggu tepat di belakang portal penutup jalan. saya, rombongan, dan banyak wisatawan lain.
kecewanya adalah, beberapa orang tidak cukup sabar menanti kedatangan petugas untuk membuka portal dan menerobos masuk.
oke, di hadapan para turis asing kelakukan warga asli demikian. rombongan tai lung kungfu dari bandung, dengan jaket kebanggaan mereka menerobos bersama. bahkan harus saya akui, juga ada dua orang dari institusi sekolah saya mengajar. tidak ada pembelaan yg cukup untuk tindakan semacam itu. kesabaran menunggu akan jauh lebih terhormat.
tanpa ingin merinci kejadian ini, saya harap masyarakat Indonesia bukan hanya menjadi wisatawan yg cerdas tapi juga bijak.
banyak kekecewaan di perjalanan ini. tapi masih beruntung karena ada alasan yg membuat saya memperhitungkan ini sebagai pengalaman yg mengesankan: para warga disana dan kuliner malamnya.dan sedikit banyak adalah karena ini merupakan momen terakhir menghabiskan waktu bersama rekan kerja :')
Soleha, Fatimah, pak Sabar, dan mas Jojo adalah kebetulan "manis" yg saya temui di sela-sela ketidaksempurnaan perjalanan ini.
pertemuan dengan mereka membuat saya merasa sedang mengambil sepotong fortune cookies yg tepat dan membuat perjalanan ini tetap layak dibagi.
sisi berkesan dari perjalanan sama seperti fortune cookies, kita tidak bisa menebak apa yg akan membuat hati kita tersenyum. mungkin satu-satunya yg dibutuhkan adalah ketegasan yg cukup untuk melawan kekecewaan dan tetap melangkah, setegas langkah saya sore itu menuju dermaga yg menjadi awal kisah cinta di karimun jawa.
2 komentar
bukan masalah saling kepercayaan juga sih, dg luas wilayah segitu cukup susah juga nyembunyiin mtor curian, mau dibawa ke luar pulau susah juga....hhe... #IMSL
BalasHapusbener fro. mud juga mikir persis. karena itu di tengah pulau. susah juga. tp penjelasan dari pak Sabar, somehow ya fro, bikin etos saling kepercayaan ini tetep berkesan :)
Hapuswanna say something? ^^